Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Sebut Ada 3 Hal Penting untuk Demokrasi Indonesia

Kompas.com - 05/08/2019, 07:30 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Implementasi demokrasi di Indonesia saat ini dinilai sedang menurun. Senior Lecture Paramadina Graduate School, Abdul Malik Gismar mengatakan, setidaknya ada tiga hal yang sangat penting guna memulihkan demokrasi di Indonesia.

"Bukan berarti tidak ada hal lain, tapi paling tidak tiga hal ini sangat penting, yaitu persoalan legitimasi, effective government, dan adab bernegara (civic virtues)," ujar Malik usai diskusi Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk 'Meredupnya Demokrasi di Indonesia' di Kantor SMRC, Gondangdia, Jakarta Pusat, Minggu (4/8/2019).

Persoalan legitimasi yang dimaksud adalah proses pemilu yang adil. Pemilu adil, kata Malik, sangat penting untuk memberikan legitimasi kepada mereka yang akan berkuasa.

Baca juga: Partai Politik Dinilai Jadi Kunci Perbaikan Demokrasi

Menurut Malik, masyarakat juga harus memilih sosok yang bisa menyuarakan aspirasi.

Malik menuturkan, kondisi di Indonesia saat ini, dalam hal vote study hingga kinerja lembaga pemilu, sudah berlangsung dengan baik.

Namun belum ada yang bisa memastikan bahwa vote tersebut berubah menjadi voice (suara atau aspirasi rakyat).

"Jadi orang-orang yang dikirim duduk di parlemen masih belum jadi suara dari orang-orang yang memilih mereka," kata dia.

Selanjutnya, terselenggaranya effective government untuk menjamin kesejahteraan rakyat. Mulai dari terselenggaranya pendidikan dan kesehatan, hingga ekonomi yang terjamin.

Baca juga: Demokrasi RI Menurun, Pembenahan Political Pluralism Dinilai Paling Mendesak

"Demokrasi perlu effective government dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Ini belum efektif di banyak hal," terang Malik.

Terakhir adalah persoalan adab bernegara (civic virtues). Menurut dia, persoalan adab bernegara seperti toleransi, pendidikan politik secara umum, keterlibatan publik (civic engagement), hingga saat ini belum berjalan dengan baik.

"Di Indonesia, civic engagement sebetulnya tinggi, partisipasi itu tinggi tapi seringkali tidak efektif. Misalnya protes berjam-jam, tapi di level abstrak," kata dia.

Oleh karena itu, adab bernegara, dikatakan Malik, harus dipertimbangkan keberlangsungannya agar dapat membangun demokrasi yang baik.

"Kunci dari itu semua adalah partai politik," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Jaksa KPK Sebut Dana Rp 850 Juta dari SYL ke Nasdem untuk Keperluan Bacaleg

Nasional
Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nostalgia Ikut Pilpres 2024, Mahfud: Kenangan Indah

Nasional
Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Gibran Beri Sinyal Kabinet Bakal Banyak Diisi Kalangan Profesional

Nasional
Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Menag Bertolak ke Saudi, Cek Persiapan Akhir Layanan Jemaah Haji

Nasional
Ide 'Presidential Club' Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Ide "Presidential Club" Prabowo: Disambut Hangat Jokowi dan SBY, Dipertanyakan oleh PDI-P

Nasional
Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Ganjar Pilih Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Hampir Dipastikan Berada di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

Nasional
BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

Nasional
Luhut Ingatkan soal Orang 'Toxic', Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Luhut Ingatkan soal Orang "Toxic", Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

Nasional
Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

Nasional
[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

[POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

Nasional
Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

Nasional
Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com