Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demokrasi RI Menurun, Pembenahan "Political Pluralism" Dinilai Paling Mendesak

Kompas.com - 05/08/2019, 06:50 WIB
Deti Mega Purnamasari,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Saiful Mujani Research Consulting (SMRC) menyebut, demokrasi di Indonesia mengalami penurunan. Pluralisme politik (political pluralism) merupakan hal paling mendesak yang harus dibenahi terkait kondisi saat ini.

Pendiri SMRC, Saiful Mujani mengatakan, dalam dimensi political right (hak politik), political pluralism merupakan hal pertama yang harus dibenahi.

Political pluralism ini berkaitan dengan jaminan atas hak-hak dan kesempatan politik yang setara bagi seluruh warga apapun latar belakangnya.

Mulai dari latar belakang SARA, sikap ideologi politik hingga orientasi seksual.

"Soal ini yang paling buruk dalam dimensi political right. Ini baru mencapai 25 persen," ujar Saiful dalam Diskusi Publik Saiful Mujani Research Consulting (SMRC) 'Meredupnya Demokrasi di Indonesia' di Kantor SMRC, Gondangdia, Jakarta Pusat, Minggu (4/8/2019).

Baca juga: SMRC: Demokrasi Indonesia Turun Karena Diskriminasi

Namun disamping itu, kebebasan politik juga dinilai belum optimal karena aspek fungsi pemerintahan yang buruk, pencegahan korupsi pejabat negara, dan TNI yang belum bisa diakses oleh penegak hukum umum karena memiliki penegak hukum sendiri.

Selain itu, rivalitas KPK dan polisi dalam memberantas korupsi juga masih menjadi kendala besar untuk memperbaiki kondisi demokrasi di Tanah Air.

"Yang membuat Indonesia mundur kinerja demokrasinya sejak tahun 2013 adalah mundurnya kinerja dalam kebebasan sipil. Skornya sekarang 4, mundur dari 3 yang dicapai tahun 2005-2012," kata dia.

Agar bisa mendapat skor 1, yakni skor terendah untuk menunjukkan tren demokrasi yang baik dari hasil analisis Freedom House, Indonesia harus membenahi hal political right.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com