JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius menilai, mantan militan ISIS atau Foreign Terrorist Fighters (FTF) tidak boleh dimarginalkan dalam kehidupan bermasyarakat.
"Di satu sisi kita siapkan pencegahan, di sisi lain yang sudah terpapar kita netralkan bukan dimarginalkan. Tinggal tunggu waktu saja kalau dimarginalkan," kata Suhardi Alius dikutip Antara, Selasa (9/7/2019).
Pernyataan Suhardi tersebut terkait dengan warga negara Indonesia (WNI) simpatisan ISIS yang ingin kembali ke Tanah Air.
Sedikitnya 73 ribu pengungsi yang merupakan wanita dan anak-anak kini berada di kamp Pengungsian Al-Hawl, termasuk dari Indonesia.
Terdapat pula pria asal Indonesia yang kini berada di tahanan Suriah. Semuanya menyatakan ingin kembali ke Tanah Air.
Berdasarkan penelusuran BNPT tidak sedikit anak-anak WNI yang dibawa ke Suriah menyatakan keinginannya untuk kembali ke Indonesia.
Baca juga: Menhan Tegaskan WNI Simpatisan ISIS yang Ingin Pulang Harus Sumpah Setia kepada Pancasila
BNPT pun menemukan fakta bahwa ada WNI perempuan yang pergi bersama suami dan anak-anaknya ke Suriah lalu menjadi bagian dari ISIS. Namun dalam perjalanannya, suaminya meninggal dan perempuan WNI itu kemudian menikah dengan kombatan ISIS dan memiliki anak.
Anak-anak hasil perkawinan dengan kombatan ISIS itu, kata Suhardi, juga menjadi persoalan.
Namun demikian, menurut Suhardi, keputusan terkait dipulangkan atau tidaknya WNI mantan militan ISIS ke Tanah Air, akan dibicarakan lintas sektoral.
Dia mengatakan di Eropa, warga negara yang berperang untuk negara asing secara otomatis akan kehilangan kewarganegaraannya. Namun di Indoenesia hal itu masih menjadi perdebatan.
Pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian Noor Huda Ismail menilai bahwa, WNI mantan kombatan ISIS dapat menjadi role model yang membawa virus kebaikan bagi pihak-pihak yang belum terpapar radikalisme.
Dia memberikan contoh, imbauan seseorang yang bukan perokok kepada perokok untuk berhenti merokok tidak akan diindahkan.
Sebaliknya, jika imbauan itu dilontarkan mantan perokok, maka akan diikuti.
Baca juga: Anggota ISIS Pelaku Serangan Paris 2015 Dapat Ganti Rugi Rp 7 Juta
Begitu juga dengan mantan kombatan ISIS, menurut Noor Huda, dapat memberikan virus positif melalui testimoni tentang buruknya kelompok radikal.
Noor Huda mengatakan berdasarkan penelitiannya, masalah keterlibatan WNI dalam kelompok radikal seperti ISIS sangat kompleks. Kebanyakan mereka yang terlibat tidak pernah berniat untuk membunuh atau berperang.
"Mereka awalnya hanya ingin menjadi bagian dari khilafah atau mereka kecewa pemerintahan di Indonesia masih ada korupsi dan sebagainya," kata Noor Huda.