Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kendala Komnas HAM Investigasi Kerusuhan 21-22 Mei 2019

Kompas.com - 05/07/2019, 12:37 WIB
Devina Halim,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengungkapkan, pihaknya harus cermat dalam menginvestigasi peristiwa kerusuhan 21-22 Mei 2019 karena dinilai mengandung nuansa politik yang tinggi.

Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengatakan, hal tersebut yang menjadi salah satu kendala dalam proses investigasi.

"Ini kan peristiwa yang nuansa politiknya tinggi, jadi kami harus betul-betul cermat memilah dan menganalisis fakta-fakta yang masuk kepada kami," ujar Taufan ketika dihubungi Kompas.com, Jumat (5/7/2019).

Baca juga: Komnas HAM Upayakan Rilis Hasil Investigasi Kerusuhan 22 Mei Secepatnya

Kendala lainnya, kata dia, adalah banyaknya bukti-bukti yang harus didalami dan Tempat Kejadian Perkara (TKP) yang tersebar di beberapa tempat.

Sebagai informasi, aksi menolak hasil Pilpres 2019 berujung ricuh di daerah Tanah Abang, Petamburan, dan Slipi.

"Selain itu, karena kerusuhannya cukup masif, para saksi juga cukup tersebar," katanya.

Taufan mengatakan, Komnas HAM melakukan investigasi sendiri untuk menjaga independensi mereka. Namun, mereka tetap melakukan koordinasi dengan lembaga lain, salah satunya adalah Polri.

Baca juga: Berbagi Data, Komnas HAM Apresiasi Polri Ungkap Investigasi Kerusuhan 21-22 Mei 2019

Menurut Taufan, Polri dan Komnas HAM saling berbagi data.

"Yang ada Polri pemaparan di Komnas HAM beberapa kali dan itu tidak dihadiri lembaga manapun kecuali Polri dan kami. Mereka memberikan berbagai data dan informasi, sampai tadi siang pun masih ada pihak mereka memberikan berbagai data," ujarnya.

Selain itu, Komnas HAM juga aktif mengumpulkan data ke rumah sakit Polri, Polres Jakarta Barat, dan Polres Jakarta Timur. Nantinya, mereka juga berencana mengunjungi Polda Metro Jaya untuk mencari data.

Baca juga: Korban Kerusuhan 21-22 Mei Mengadu ke Komnas HAM

Selain polisi, mereka juga mencari data kepada korban hingga media massa.

"Selain itu kami mendapatkan data dari korban, tim advokasi, NGO, rumah sakit, pemda DKI, media massa, dan lain-lain. Semua kami telusuri dan nanti akan kami umumkan sendiri," kata dia.

Kompas TV Sejumlah warga yang menjadi korban kerusuhan 21 dan 22 mei lalu dan menderita kerugian materil melaporkan kejadian tersebut ke Komnas HAM. Di antara para korban mengaku warung mereka dibakar, dijarah, dan sebagian mengaku mobil mereka dihancurkan massa. Di hadapan Komnas HAM, para korban meminta ganti rugi atas kerugian yang mereka alami. Sebanyak 447 orang telah ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak kepolisian dalam aksi 21 dan 22 Mei lalu. Investigasisoal kerusuhan kini mencapai 90 persen. #Kerusuhan21Mei #Kerusuhan22Mei #AksiMakar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com