Para pendukung Prabowo-Sandi saat ini sedang berada dalam situasi tidak pasti, antara menang dan kalah dalam Pilpres 2019.
Ketika ada harapan untuk menjawab ketidakpastiannya, yaitu menang sesuai real count yang sumber datanya dari jumlah TPS, lebih banyak dari sampel TPS lembaga-lembaga survei lainnya, maka penilaian heuristik secara aktif bekerja untuk menyimpulkan suatu informasi dengan jalan pintas.
Selain karena mereka simpatisan, penilaian inilah yang membuat mereka percaya dan yakin klaim kemenangan yang dinyatakan itu benar.
Sayangnya, penilaian semacam ini prematur, bias, dan hanya mencari kemudahan. Hasilnya, metodologi survei dan sampling seakan tidak dipertimbangkan lagi menjadi dasar akademis dalam memprediksi opini publik dan cenderung mengambinghitamkan hasil quick count sebagai alat untuk menggiring opini publik.
Sesungguhnya, Prabowo-Sandi dan pendukungnya tidak serta-merta keliru. Hasil quick count memang secara konstitusi bukan yang menentukan hasil Pemilu 2019 sehingga ketidakpercayaan akan quick count sah-sah saja.
Oleh karena itu, untuk menghindari bias informasi di kalangan publik, alangkah bijaknya jika kedua kubu menunggu terlebih dahulu hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) karena keputusan KPU-lah yang sah dan legitimate menentukan hasil pemilu.
Namun, di atas itu semua, yang terpenting adalah fakta bahwa Pemilu 2019 telah berlangsung dengan aman dan damai bagi kemaslahatan bangsa Indonesia. Selamat dan sukses untuk pesta demokrasi Indonesia di tahun 2019.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.