Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Angga Ariestya
Dosen

PhD candidate Institute of Communication Studies & Journalism, Charles University, Praha. Dosen Komunikasi Strategis Universitas Multimedia Nusantara.

Quick Count, "Kambing Hitam" dalam Pilpres 2019

Kompas.com - 22/04/2019, 15:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Survei quick count tersebut dilakukan dengan mengambil sampel dari 1.000 sampai dengan 8.000 tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Lembaga-lembaga survei tersebut meyakini bahwa quick count yang mereka hasilkan dapat dipercaya karena berdasarkan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan dan menggunakan metodologi sampling yang tersebar merata.

Adapun survei internal BPN mendapati data real count suara mereka unggul 62 persen yang diambil dari 340.000 TPS.

Praktis, kubu Prabowo-Sandi dan pendukungnya tidak memercayai hasil quick count karena berdasarkan data sampel semata dan sebaliknya meyakini hasil survei real count oleh BPN, sehingga disimpulkan bahwa quick count tidak kredibel dan hanya alat untuk menggiring opini publik.

Dalam melihat fenomena ini, menarik untuk merujuk salah satu penelitian klasik yang pernah dilakukan terhadap hasil survei.

Penelitian heuristik

Maya Bar-Hillel (1982) melalui penelitiannya tentang heuristik representatif di bidang psikologi mengevaluasi bagaimana penilaian orang terhadap sampel dan ukuran sampel untuk melihat seberapa representatifnya sampel tersebut.

Dalam penelitiannya, Hillel (1982) menguji coba dua hasil survei yang menyatakan jumlah suara pemilih pada referendum.

Survei A disebutkan mengambil sampel 400 individu. Survei B disebutkan mengambil sampel 1.000 individu. Keduanya menggunakan metodologi yang sama.

Subjek kemudian diminta memilih hasil survei mana yang paling dipercaya dan diyakini antara survei A, survei B, atau keduanya sama.

Hasilnya, dari 72 subjek, 80 persen menyatakan percaya pada survei B, 4 persen percaya pada survei A, dan sisanya sama.

Kesimpulannya, orang memang lebih percaya dan yakin pada sampel besar dalam menilai hasil survei walaupun sama-sama telah mengikuti metodologi sampling yang benar.

Untuk kasus Pilpres 2019, Prabowo-Sandi dengan pendukungnya meyakini bahwa survei internal mereka adalah berdasarkan data real count yang bersumber dari 340.000 TPS, jauh lebih banyak dari sampel TPS yang dilakukan lembaga-lembaga survei yang memenangkan Jokowi-Ma'aruf.

Tidak mengherankan, data ini dapat memengaruhi penilaian pendukungnya sehingga memercayai klaim kemenangan Prabowo-Sandi. Lantas, bagaimana pendukung Prabowo-Sandi ini bisa percaya?

Kondisi ini mengingatkan akan pernyataan Kahneman dan Tversky (1982) dalam bukunya Judgement under Uncertainty: Heuristics and Biases yang mengatakan bahwa orang menilai secara heuristik dan bias jika berhadapan dengan ketidakpastian.

Penilaian heuristik sendiri adalah penilaian yang otomatis, cepat, dan mencari jalan pintas dalam kognisi seseorang untuk menilai suatu informasi yang diterimanya dalam situasi yang tidak pasti. Sampel atau ukuran sampel merupakan informasi yang sangat mudah mengaktifkan penilaian heuristik seseorang.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com