Berbeda dengan di Indonesia, anggota KPPSLN Beijing bekerja lebih awal karena harus mempersiapkan pengiriman surat suara kepada WNI yang tinggal di 18 provinsi/munisipalitas di China ditambah Mongolia melalui pos.
Tingginya tingkat partisipasi pemilih, baik yang datang langsung ke TPS pada 14 April 2019 maupun yang dikirim surat suara melalui pos mulai 17 Maret 2019, tidak pernah mereka duga.
Baca juga: Ribuan Suara Pemilu Luar Negeri Nyasar, Ini Penjelasan KPU
"Yang didatangi langsung C6 (formulir pemberitahuan dari KPU kepada pemilih agar memberikan hak suaranya) saja tidak sampai segitu. Lah di sini yang C6-nya dikirim via pos dan bahkan ada yang online, tapi yang milih banyak banget," kata Faqih.
Pada Pemilu 2019, tingkat partisipasi WNI yang menggunakan hak pilihnya sebesar 76 persen.
Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan Pemilu 2014, yang tingkat partisipasi WNI di China di bawah 50 persen.
KPPSLN Beijing terbilang unik karena anggotanya perpaduan antara generasi muda milenial dan generasi tua.
Selain anggota KPPSLN Bejing termuda berusia 22 tahun, ada juga yang berusia lebih dari 60 tahun dan telah beberapa kali terlibat sebagai penyelenggara.
Akan tetapi, perbedaan generasi ini tak menjadi sekat kerja sama. Mereka sama-sama rela tidak tidur untuk menghindari kesalahan dalam rekapitulasi dan input data hasil penghitungan suara.
Oleh karena itu, para petugas penyelenggara pemilu di KPPSLN Beijing ini mengaku kecewa ketika beberapa pihak menuding adanya kecurangan.
"Betapa kecewanya kalau ada rekan sesama KPPS yang dituduh curang karena kami ini bekerja mulai pagi sampai pagi lagi," kata anggota KPPSLN Beijing, Tirta Leonardi.
Mahasiswa S1 jurusan Elektro di Beijing Institute of Technology itu mengakui, pemilu tahun ini lebih rumit dibandingkan 5 tahun lalu.
Kerumitan itu antara lain terkait pengisian formulir mulai dari daftar pemilih hingga input data hasil penghitungan suara.
"Setiap tahap membutuhkan validasi akurat dari beberapa orang yang terlibat, termasuk setiap anggota PPLN. Sangat kecil peluangnya untuk berbuat curang," kata Tirto.
Ia menyebutkan, butuh kejelian dalam mengisi setiap formulir pemungutan, penghitungan, dan input data Situng. Bahkan, tanpa terasa, mereka tak memejamkan mata selama 36 jam, mulai Rabu (17/4/2019) pagi hingga Kamis (18/4/2019) sore.
Hingga tahapan penyelenggaraan usai, para petugas KPPSLN Beijing belum menerima honor yang menjadi hak mereka.
Meski demikian, kata Faqih, ia dan para petugas lainnya tak menanyakan soal itu. KPU sudah menganggarkan dana bagi para petugas yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilu.
"Kami merasa terhormat karena bisa bantu negara sendiri di luar negeri yang tidak bisa dihargai dengan suatu apa pun," kata Faqih, yang juga Ketua Pusat Kajian Sains dan Teknologi Bidang Hak Kekayaan Intelektual Perhimpunan Pelajar Indonesia di Tiongkok itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.