CIREBON, KOMPAS.com - Calon wakil presiden nomor urut 01 Kiai Haji Ma'ruf Amin dihadang massa ketika hendak berziarah di makam almarhum Kiai Suhro, Senin (1/4/2019).
Para penghadang mengacungkan jempol dan telunjuknya secara berbarengan sambil berteriak, "Prabowo".
Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo pun angkat bicara soal aksi tidak bertanggungjawab ini.
Baca juga: 5 Fakta Maruf Amin Batal Ziarah di Pamekasan, Diadang Massa hingga Imbauan Sandiaga
Menurut dia, Pemilu merupakan pesta demokrasi. Oleh sebab itu beda pilihan di dalam sebuah pesta demokrasi adalah hal wajar.
"Ini pesta demokrasi. Sekali lagi, pesta demokrasi. Beda pilihan itu sangat biasa, wajar," ujar Jokowi saat dijumpai setelah salat maghrib di Masjid Agung Brebes, Jawa Tengah, Kamis (4/4/2019).
"Jadi, jangan sampai beda pilihan di Pilpres, antartetangga jadi enggak saling ngomong, antarkampung enggak saling bicara, kemudian ada capres ini datang kemudian ditolak, janganlah. Ada lagi cawapres datang ke sebuah provinsi ditolak, janganlah," lanjut dia.
Baca juga: Iring-iringan Presiden Jokowi Dihadang, Ini Komentar Istana
Kondisi demikian menunjukkan bahwa politik dan demokrasi di Indonesia telah dijalankan dengan tidak dewasa atau tidak matang.
Jokowi pun mengajak seluruh komponen bangsa, terutama para politikus serta masyarakat untuk dewasa di dalam berpolitik. Dengan begitu, demokrasi dapat dijalankan dengan baik.
Baca juga: Bantah Hadang Pesawat Prabowo, Ini Penjelasan TNI AU
"Inilah pentingnya sebuah kematangan, sebuah kedewasaan kita semua ya, para politikus, masyarakat, agar dilihat itu, oh inilah kematangan kita dalam berdemokrasi," ujar Jokowi.
Ia sekaligus mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu, tidak mudah dipecah belah. Sebab, persatuan adalah aset bagi bangsa Indonesia.