Oleh karena itu, dua tim sukses harus bekerja keras untuk mendapatkan dukungan mereka.
Hasil pemilu yang berbeda jauh dengan hasil survei menunjukkan bahwa perpindahan suara bisa terjadi, bahkan tidak terbaca oleh lembaga survei.
Sebut saja seperti yang terjadi pada Pilkada DKI 2017, Pilkada Jawa Tengah, dan Jawa Barat tahun 2018.
Pada Pilkada DKI 2017, pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat diprediksi menang, tetapi akhirnya kalah.
Demikian pula pada Pilkada Jawa Tengah. Lembaga survei memprediksi suara Sudirman Said-Ida Fauziah tidak lebih dari 20 persen, tetapi kenyataannya mencapai 40 persen.
Pada Pilkada Jawa Barat, lembaga survei menempatkan pasangan Sudrajat-Syaikhu pada urutan ketiga. Hasil akhirnya, suara yang diperoleh Sudrajat-Syaikhu melebihi prediksi lembaga survei itu.
Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI Firman Noor mengungkapkan faktor-faktor yang membuat hal ini terjadi.
"Pertanyaannya, apakah ini didorong hasil survei atau ada faktor lain? Menurut saya, peran survei ini tidak terlalu menentukan. Ada faktor lain yang menjadi latar belakang kenapa terjadi migrasi suara," ujar Firman.
Faktor pertama adalah karena ketidakpuasan. Bisa saja awalnya mereka merupakan soft voters atau pemilih yang tidak loyal untuk salah satu pasangan calon.
Namun, karena tidak puas dengan paslon yang diusung, mereka berubah pilihan pada detik terakhir.
"Yang jelas ini terjadi secara akumulatif dan biasanya terjadi di area swing voters. Mereka fungsinya wait and see. Dia sudah mulai merasakan beberapa hal yang tidak seindah yang disampaikan sehingga dia kemudian mulai berhitung secara rasional," kata Firman.
Faktor kedua adalah karakter kandidat. Hal yang selama ini tidak disadari bisa saja memengaruhi dukungan pada detik terakhir.
Misalnya, kata Firman, lama kelamaan masyarakat menyadari ada sisi Prabowo yang merupakan nilai positif dan akhirnya memengaruhi pilihan mereka.
Faktor ketiga, mesin politik yang bekerja, dan keempat adalah program-program yang ditawarkan.
Namun, ada faktor X yang disebut Firman sebagai blessing in disguise. Ini merupakan situasi yang terjadi mendadak dan tidak diprediksi sebelumnya.
Situasi ini membawa kerugian bagi salah satu paslon yang melakukan blunder, tetapi bisa menjadi berkah bagi lawan politiknya.
Firman mengatakan, semua faktor itu bisa menyebabkan hasil hitung yang jauh berbeda dengan prediksi lembaga survei.
Menurut Firman, masing-masing tim sukses pasangan calon harus mewaspadai fenomena ini.
Limpahan suara dalam jumlah besar merupakan hal yang didambakan oleh masing-masing pasangan calon.