JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Arsul Sani menegaskan, Agum Gumelar bukan bagian dari TKN.
Oleh karena itu, pernyataan Agum yang beredar lewat video soal pemecatan Prabowo Subianto sebagai anggota TNI bukan bagian dari strategi TKN.
"Pak Agum kan tidak merupakan bagian dari TKN. Jadi apa yang disampaikan ke Pak Agum sebagai mantan petinggi ABRI, TNI," ujar Arsul di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (12/3/2019).
"TKN tidak pernah meminta beliau untuk bicara seperti itu atau menyampaikan apapun yang sifatnya negatif terkait dengan Pak Prabowo, itu tidak ada sama sekali dari TKN," tambah dia.
Baca juga: BPN Tanggapi Video Pernyataan Agum Gumelar soal Pemecatan Prabowo
Namun bagi TKN Jokowi-Ma'ruf, pernyataan Agum dalam video tersebut bisa menjadi pertimbangan masyarakat untuk memilih pemimpin. Masyarakat bisa menimbang pilihannya dengan melihat rekam jejak calon pemimpin.
"Agar memilih pemimpinnya itu dengan melihat semuanya lah ya, dengan melihat rekam jejak juga," kata Arsul.
Meski tidak masuk dalam susunan TKN, Agum Gumelar pernah mendeklarasikan dukungan untuk Jokowi-Ma'ruf.
Baca juga: TKN Klaim Jokowi-Maruf Unggul 22 Persen Dibanding Prabowo-Sandiaga
Agum membentuk kelompok relawan bernama Relawan Bravo Cijantung yang berisi anak-anak purnawirawan TNI.
Dalam video yang viral di media sosial, Agum kembali bercerita soal isu pemecatan Prabowo dari TNI.
Agum menjelaskan tentang dirinya yang pernah menjadi anggota Dewan Kehormatan Perwira (DKP).
Pada saat itu, DKP ini turut memeriksa dugaan pelanggaran HAM berat yang dilakukan Prabowo Subianto.
Baca juga: Prabowo: Sambutan Masyarakat Cianjur Luar Biasa, Ini Aroma Kemenangan Rakyat
Agum mengatakan DKP menyatakan Prabowo telah melakukan pelanggaran HAM berat dan memutuskan pemecatannya.
Salah satu anggota DKP lainnya saat itu adalah Susilo Bambang Yudhoyono yang kini menjadi ketua umum Partai Demokrat yang mengusung Prabowo.
Sekretaris Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Hanafi Rais mengatakan, isu pemecatan Prabowo bagaikan "hidangan basi" yang tidak perlu disuguhkan kembali.
"Kalau mau menyuguhkan hidangan pada masyarakat, berilah hidangan yang segar. Jangan yang basi, kalau yang basi nanti malah muntah," ujar Hanafi di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa.
Hanafi juga mengibaratkan isu ini bagaikan lagu lama yang diputar kembali. Menurut dia, isu ini seharusnya sudah selesai.
Apalagi, Prabowo juga pernah digandeng Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sebagai cawapresnya pada Pemilu 2009.
"Kalau memang itu masalahnya, Pak Prabowo juga dulu pernah jadi cawapreanya Bu Megawati. Jadi sebenarnya sudah enggak ada masalah lagi soal itu," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.