Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jannus TH Siahaan
Doktor Sosiologi

Doktor Sosiologi dari Universitas Padjadjaran. Pengamat sosial dan kebijakan publik. Peneliti di Indonesian Initiative for Sustainable Mining (IISM). Pernah berprofesi sebagai Wartawan dan bekerja di industri pertambangan.

Komoditifikasi Intoleransi

Kompas.com - 15/02/2019, 07:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Untuk melihat tingkat toleransi di Indonesia, komponen yang disorot adalah toleransi dan inklusi yang terdapat dalam faktor opportunity. Skor yang tercatat dari 2014 hingga 2017 menunjukkan tren yang cenderung meningkat.

Pada 2014, skor toleransi dan inklusi Indonesia adalah 27,90 dan naik pada 2015 menjadi 32,30. Namun, skor ini turun pada 2016 menjadi 29,57. Skor kembali naik menjadi 35,47 di tahun berikutnya, menempatkan Indonesia pada posisi 117 dari 128 negara di kategori tersebut.

Bila dirinci, komponen toleransi dan inklusi memiliki subkomponen, yaitu toleransi terhadap imigran, toleransi terhadap homoseksual, diskriminasi dan kekerasan terhadap minoritas, toleransi beragama, dan jaringan keamanan masyarakat.

Dari lima subkomponen tersebut, skor terendah ada pada toleransi beragama dengan nilai sebesar 2,0. Namun, unsur toleran dan tidak toleran termasuk dalam penilaian tentang bagaimana situasi politik dan demokrasi di suatu negara dilihat.

Karena masuk ke dalam ranah situasi politik dan demokrasi, maka kita juga bisa membandingkannya dengan laporan Democracy Index dari The Economist Intelligence Unit yang saya kira bisa sedikit membuka tabir mengapa kemunduran toleransi bisa terjadi.

Selidik demi selidik, kemunduran demokrasi di Indonesia, menurut The Economist Intelegence Unit, terjadi setelah Pilkada DKI Jakarta. Pilkada ini, sebagaimana kita pahami, sangat terkait dengan momen Gubernur Basuki Tjahaja Purnama dari kelompok minoritas yang dipidana dalam kasus penodaan agama.

Dari laporan tersebut, indeks demokrasi di Indonesia memperlihatkan tren menurun dari 2014 hingga 2017. Pada 2014, tercatat nilai indeks sebesar 6,95 dan naik menjadi 7,03 pada 2015. Angka terus turun menjadi 6,97 pada 2016 dan turun sangat signifikan di 2017 dengan skor 6,39.

Tren tersebut tak pelak membuat Indonesia menjadi negara dengan performa terburuk pada 2017, turun 20 peringkat dari ranking ke-48 menjadi 68 di tingkat global.

Jadi saya cukup yakin, pertama, sebagaimana diyakini oleh banyak pihak selama ini bahwa masyarakat Indonesia, apa pun latar belakangnya, memiliki kecendrungan toleransi yang cukup tinggi.

Toh, berdiri kokohnya Indonesia sebagai rumah yang sangat beragam menjadi salah satu bukti otentik dari kecenderungan tersebut. Pun lancarnya proses transisi demokrasi yang berlangsung sejak awal reformasi juga membuktikan itu.

Nah, kedua, terkait data dari Setara, Social Progress Index, atau The Economist Intelegence Unit, ada pelemahan karakter toleransi pada momen politik, seperti pilkada, dan mungkin juga pilpres.

Indeks demokrasi, baik dari The Economist maupun dari BPS, cukup konsisten memperlihatkan penurunan indeks demokrasi jelang dan pada tahun momen politik.

Dengan kata lain, ada usaha-usaha politik yang boleh jadi terencana dan terorganisasi dalam menuntun berkembangnya sifat intoleran di dalam masyarakat pada momen politik.

Artinya, ada manfaat, baik politik elektoral maupun ekonomi, yang bisa didapat oleh kalangan tertentu saat merekayasa pembesaran sentimen intoleran.

Pendeknya, demokrasi di dalam bangsa dan negara yang beragam seperti Indonesia harus ditopang oleh semangat toleransi yang tinggi.

Jika tidak, bangunan prosedural demokrasi yang telah dirancang secara konsitusional dan institusional akan sangat rapuh fondasinya pada tataran realitas objektif.

Akan lebih memilukan, bahkan membahayakan lagi, jika bangunan psikologi atas tolerasi yang telah bersemanyam lama dalam jiwa-jiwa masyarakat Indonesia, digiring terus-menerus oleh para elite ke arah intoleransi.

Kondisi semacam ini sejatinya akan menjadi fondasi kuat untuk terjadinya perpecahan, keterbelahan politik, kebencian, permusuhan, dan sebagainnya.

Jika itu sampai terjadi, maka dosa terbesar akan disematkan kepada elite-elite di negeri ini, bukan kepada rakyat banyak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com