Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Jokowi dan Sandi, Siapa Merekayasa?

Kompas.com - 04/02/2019, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

"Ini Jan Ethes yg pernah sebut @jokowi, kakeknya, sbg 'Artis' ya? Tapi bgmn kalau ini jadi legitimasi pelibatan anak2 dlm kampanye? Bgmn @bawaslu_RI masih bisa berlaku adil kah?"

Twit Hidayat pun langsung ramai. Usut punya usut, pelibatan Jan Ethes dalam vlog yang kemudian viral adalah strategi Koordinator Relawan Tim Cakra 19 yang dikomandani Andi Widjajanto, mantan Menteri Sekretaris Kabinet di awal Jokowi menjabat presiden.

Kepada program AIMAN yang akan tayang pada 4 Februari 2019, pukul 20.00 WIB, Andi mengatakan video Jokowi dengan cucu pertamanya, Jan Ethes, akan semakin sering diunggah.

"Ini bukan merupakan kampanye, karena tidak ada unsur kampanye, seperti nomor urut atau ajakan memilih di dalamnya. Ini menunjukkan bahwa pemimpin itu tak sekadar visi, misi, dan program kerja, tapi juga kesatuan dalam keluarga!" kata Andi.

Model humanis dan pengaruhnya di bilik suara

Pertanyaannya, seberapa penting model "kampanye" yang memasarkan kegiatan bersifat humanis di atas?

Seberapa berpengaruh kampanye model ini? Adakah dampak negatifnya jika diketahui bahwa apa yang ditampilkan dalam “kampanye” ini tidak orisinil?

Mengapa banyak dari kontestan yang menggunakan model seperti ini dalam berkomunikasi dengan massa?

Jawabannya ada di jumlah pemilih bimbang (undecided voters dan swing voters) yang belum dan bisa mengubah pilihan. Jumlahnya sekitar 44 persen (Litbang Kompas, Oktober 2018).

Justru para pemilih banyak melihat hal-hal di luar substansi yang terkesan receh dan remeh temeh untuk dijadikan dasar memilih di saat-saat akhir.

Kemenangan Jokowi pada 2014, yang paling diingat saat itu, bisa jadi bukan karena kinerjanya di Solo yang tak terlalu banyak terekspos selain pemindahan PKL dengan damai, apalagi kiprahnya sebagai gubernur DKI Jakarta yang masih sangat singkat.

Survei exit poll Litbang Kompas pasca-Pilpres 2014 mendapatkan, Jokowi dipilih karena sosok humanis yang dikampanyekan, yakni sederhana dan anti-korupsi.

Cerita tentang Sandi dan Jokowi di atas menjadi penting buat pemilih menentukan pilihan, bisa jadi lebih penting dari isu di balik rekayasa atau orisinil.

Menjaring suara tidak hanya soal menyentuh aspek kognitif atau rasionalitas pemilih, tapi yang lebih penting adalah menyentuh sisi afektif pemilih. Siapakah yang berhasil mencuri “hati” masyarakat di bilik suara?

Jokowi-Ma'ruf atau Prabowo-Sandi?

Saya Aiman Witjaksono...
Salam!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar 'Open House'

Rayakan Ulang Tahun Ke 55, Anies Gelar "Open House"

Nasional
KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

KSAU Tinjau Kesiapan Pengoperasian Jet Tempur Rafale di Lanud Supadio Pontianak

Nasional
Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Jokowi: Alat Komunikasi Kita Didominasi Impor, Sebabkan Defisit Perdagangan Rp 30 Triliun

Nasional
Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Wapres Ma’ruf Amin Minta Penyaluran Dana CSR Desa Diperhatikan agar Tepat Sasaran

Nasional
Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Hakim MK Tegur KPU karena Renvoi Tak Tertib dalam Sengketa Pileg

Nasional
Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Soal Silaturahmi Kebangsaan dengan Presiden dan Wapres Terdahulu, Bamsoet: Tinggal Tunggu Jawaban

Nasional
Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Hormati Ganjar, Waketum Gerindra: Sikap Oposisi Bukan Pilihan yang Salah

Nasional
Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Ganjar Pilih di Luar Pemerintahan, Bamsoet: Boleh, tapi Kita Bekerja Gotong Royong

Nasional
Hanya Ada 2 'Supplier' Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Hanya Ada 2 "Supplier" Indonesia yang Pasok Perangkat untuk Apple, Jokowi: Memprihatinkan

Nasional
Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Jokowi Resmikan Indonesia Digital Test House, Anggarannya Hampir 1 Triliun

Nasional
KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

KPK Didesak Usut Pemberian THR ke Anggota DPR dari Kementan, Panggil Bersaksi dalam Sidang

Nasional
Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Pabrik Bata Tutup, Jokowi: Usaha Itu Naik Turun, karena Efisiensi atau Kalah Saing

Nasional
KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

KPU Ungkap Formulir C.Hasil Pileg 2024 Paniai Dibawa Lari KPPS

Nasional
Soal 'Presidential Club' Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Soal "Presidential Club" Prabowo, Bamsoet Sebut Dewan Pertimbangan Agung Bisa Dihidupkan Kembali

Nasional
KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

KPK Periksa Dirut Nonaktif PT Taspen Antonius Kosasih

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com