Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

27 Desember 1949, Saat Assaat Dilantik Menjadi Presiden RI

Kompas.com - 27/12/2018, 17:38 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diadakan di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus hingga 2 November 1949 memiliki peran yang begitu penting bagi Indonesia. Salah satunya adalah kedaulatan Indonesia kembali seutuhnya setelah Belanda berupaya kembali berkuasa.

KMB juga menjadi babak baru bagi sistem pemerintahan Indonesia yang menjadikannya sebagai negara federasi, yang secara langsung memiliki hubungan dengan Kerajaan Belanda.

Dengan sistem baru, Indonesia juga menggunakan nama baru, yakni Republik Indonesia Serikat (RIS). Sistem kepemimpinan dan pemerintahan juga berubah pada masa ini yang membagi Indonesia ke dalam beberapa negara-negara bagian.

Pada 27 Desember 1949 menjadi titik resmi era ini. Ketika itu salah seorang pemuda yang dulunya pernah ikut dalam organisasi kepemudaan bernama Assaat dilantik menjadi Acting President (Pelaksana Tugas Presiden) Negara Republik Indonesia (RI) oleh Soekarno sebagai Presiden RIS.

Semenjak saat itulah, Negara RI secara resmi berada di bawah komando Assaat yang memiliki gelar kebangsawanan Datuk Mudo.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: BKR Laut Dibentuk, Cikal Bakal TNI AL

Putra Minangkabau yang tak dikenal

Presiden Assaat dan IstriDok. Kompas Presiden Assaat dan Istri
Assaat lahir pada 18 Desember 1904 di Agam, Sumatera Barat. Dia pernah belajar di MULO, STOVIA, dan melanjutkan studinya Rechtshoogeschool te Batavia. Setelah menamatkan itu, dia bertolak ke Belanda dan mendapatkan gelar Meester in de Rechten (Mr).

Berkat kepiawaiannya, dia berhasil mendapatkan jabatan-jabatan penting pada era menuju Indonesia Merdeka. Dilansir Harian Kompas yang terbit pada 17 Juni 1976, Assaat berhasil menduduki jabatan Ketua Badan Pekerja KNIP dari 1946 sampai 1949.

Kedudukannya mematangkan posisinya baik di Purworejo maupun Yogyakarta pada masa Perang Kemerdekaan. Kedekatannya dengan sosok pemimpin bangsa, menjadikan dia mulai populer di kalangan pemerintahan.

Karena juga pernah ikut dalam organisasi kepemudaan era 1920-an, dirinya menjadi sosok yang begitu pantas dipilih Soekarno untuk memangku jabatan sebagai Presiden Negara RI.

Ada salah satu penyebab dilantiknya Assaat menjadi presiden, yakni agar suatu ketika jika RIS tak sepaham dan tak sejalan dengan gaya Indonesia (bubar), masih ada Republik Indonesia yang bisa menggantikan pemerintahan itu.

Setelah memangku jabatan itu, dirinya lantas mengadakan perjalanan keliling menegok keadaan daerah-daerah. Hal ini dilakukan agar seorang pemimpin bisa melihat kondisi di lapangan secara langsung.

Walaupun sebagai presiden, Assaat tak mau dipanggil "Presiden" atau "Paduka Yang Mulia". Malahan berkat Assaat istilah "Paduka Yang Mulia" dihapus dan menggantikan dengan sebutan Bapak atau Ibu.

Menurut Assaat, penyebutan itu pada era-era kemerdekaan merupakan paham feodal sedangkan bangsa Indonesia merupakan warga negara yang hidup dalam sebuah republik.

Sampai sekarang, istilah Bapak masih digunakan. Semisal Bapak Presiden, Bapak Gubernur dan Bapak Bupati. Semua itu adalah inisiatif dari Assaat.

Baca juga: Saat Gunung Krakatau Sebabkan Tragedi Bencana Besar dalam Sejarah..

Struktur RIS

Perlu diketahui, Assaat merupakan Presiden Negara Indonesia yang merupakan negara bagian dari RIS. Setelah KMB, Indonesia berubah menjadi RIS dan menjadikannya terbagi menjadi beberapa negara bagian.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com