JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo melihat, menurunnya tren elektabilitas pasangan capres dan cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin disebabkan retorika kampanye yang diperlihatkan pasangan nomor urut 01 itu beserta tim suksesnya yang cenderung reaktif terhadap isu yang dilempar pesaingnya.
Catatan PARA Syndicate, tren elektabilitas Jokowi-Ma'ruf menurun selama periode Agustus hingga November 2018. Kesimpulan itu setelah PARA Syndicate menganalisis hasil survei 12 lembaga.
"Dinamika kampanye cenderung reaktif dan responsif, dan nampak sekali bahwa timses, bahkan Pak Jokowi sendiri sempat hanyut pada genderang yang dimainkan lawan," ungkap Ari saat merilis hasil perhitungan tersebut di kantor PARA Syndicate, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (14/12/2018).
Baca juga: Survei LSI: 2 Bulan Kampanye, Elektabilitas Jokowi-Maruf 53,2 Persen, Prabowo-Sandiaga 31,2 Persen
Ia melihat hal itu tercermin dari istilah politisi "sontoloyo" dan politik "genderuwo", yang sempat dilontarkan Jokowi.
Ari berpendapat, kesibukan menangkal isu dari lawannya membuat topik mengenai rencana pembangunan Indonesia lima tahun ke depan terabaikan. Program Nawacita II dinilai Ari belum digemakan.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap menurunnya tren elektabilitas adalah strategi kubu Jokowi-Ma'ruf yang disebutkan Ari bersifat monoton dan linear.
Kemudian, peran Ma'ruf sebagai cawapres belum signifikan untuk mendulang suara. Menurut Ari, pembagian peran untuk menarik suara belum terlihat.
"Kelihatan bahwa figur Ma'ruf belum bisa mendatangkan elektoral, suara-suara untuk Pak Jokowi," kata dia.
Sebelumnya, PARA Syndicate menganalisis 12 hasil survei terkait elektabilitas paslon dari lembaga survei yang dianggap kredibel.
Setelah mereka menarik regresi linear dari data-data tersebut, tren elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf, menunjukkan penurunan.
Baca juga: PARA Syndicate: Tren Elektabilitas Jokowi-Maruf Menurun, Prabowo-Sandiaga Naik
Di sisi lain, tren elektabilitas pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno justru naik.
Seluruh survei yang dianalisis menggunakan metode multistage random sampling, dengan jumlah responden sekitar 1.500 orang.
Hasil survei yang dipakai berasal dari lembaga-lembaga seperti, Alvara, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Y-Publica, Indikator, dan Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC). Kemudian, Populi Center, Litbang Kompas, serta Median.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.