JAKARTA, KOMPAS.com - Belum ada peningkatan signifikan atas elektabilitas dua pasang calon presiden dan wakil presiden dalam survei. Survei terbaru dirilis oleh Lingkaran Survei Indonesia Denny JA yang merilis hasil surveinya pada Kamis (6/12/2018).
Berdasarkan hasil survei itu, elektabilitas dua pasang calon cenderung stagnan selama dua bulan masa kampanye.
Berdasarkan hasil survei November 2018, elektabilitas pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin berada pada angka 53,2 persen.
Sedangkan pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebesar 31,2 persen. Sementara itu, responden yang masih belum menentukan pilihan sebesar 15,6 persen.
Baca juga: Tak Ada Adu Program, Elektabilitas Jokowi dan Prabowo Stagnan
Pada Agustus 2018, LSI Denny JA mencatat elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebesar 52,2 persen dan Prabowo-Sandiaga 29,5 persen. Sedangkan responden yang belum menentukan pilihan sebanyak 18,3 persen.
Meski stagnan, dua kubu pasangan calon ini masih optimis terhadap perolehan dukungan mereka. Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Erick Thohir, menilai angka 53,2 persen yang saat ini diraih Jokowi-Ma'ruf baru bersumber dari Jokowi saja.
Kata Erick, Ma'ruf Amin belum bergerak melakukan kampanye.
"Kan Abah belum bergerak. Belum kampanye. Kalau nanti Abah kampanye, wuih. Beliau belum bergerak saja sudah 53 persen. Apalagi beliau bergerak," kata Erick.
Baca juga: Erick Thohir: Jangan Kaget Nanti dengan Kejutan yang Kiai Maruf Buat
Menurut dia, kunjungan Ma'ruf ke sejumlah pesantren di beberapa provinsi pekan lalu bukan kampanye, melainkan sebatas silaturahmi. Erick mengatakan Ma'ruf akan turun berkampanye pada Januari nanti. Dia menjanjikan akan ada kejutan-kejutan dari Ma'ruf.
"Kan beliau seperti yang saya bilang, beliau itu memang sekarang silaturahmi ke pondok-pondok pesantren, kampanyenya Januari. Nanti kalau beliau kampanye jangan kaget dengan kejutan-kejutan yang beliau buat," kata Erick.
Beda lagi dengan kubu Prabowo-Sandiaga. Sandiaga sendiri tidak sepakat dengan hasil survei LSI Denny JA itu. Sandiaga berpatokan dari survei internal yang mereka lakukan.
Lewat survei internal itu, muncul optimisme di diri Sandiaga karena elektabilitasnya jauh di atas survei LSI Denny JA.
"Alhamdulillah kita sudah capai 40 persen. Ini perlu kita syukuri, tapi kita masih jauh tertinggal kita masih kejar. Kita masih punya 130 hari lagi, kita yakin bisa menangkap aspirasi masyarakat," kata Sandiaga.
Baca juga: Sandiaga Uno Klaim Elektabilitas Prabowo-Sandi Capai 40 Persen
Menurut dia, elektabilitas Prabowo-Sandiaga akan meningkat pada 2019 nanti.
"Kami yakin dalam awal tahun depan kami akan terus (meningkat), kalau menyusul itu dari Allah, tetapi kalau kita kerja keras itu kita ikhtiar saja," kata dia.
Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar menilai, elektabilitas yang cenderung stagnan ini karena tidak ada adu gagasan antara tim kampanye masing-masing pasangan calon.
Menurut Rully, hingga saat ini tim kampanye Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, masih berkutat pada isu-isu sensasional dan tidak substantif.
"Akibatnya dua bulan masa kampanye program dikalahkan isu sensasional yang tidak berpengaruh pada kenaikan elektabilitas," ujar Rully.
Padahal, dua pasang calon ini memiliki program yang diprediksi dapat menambah elektabilitas. Namun hingga saat ini baik Jokowi-Ma'ruf maupun Prabowo-Sandiaga belum mengampanyekan programnya secara maksimal.
Seluruh program yang ditawarkan kedua pasangan, tidak ada satupun yang menjadi pembicaraan dan ramai diberitakan oleh media massa.
Baca juga: 2 Bulan Masa Kampanye, Capres Dinilai Terjebak Isu Sensasional
Berdasarkan data strategic room LSI Denny JA, ada 10 isu yang ramai di media sosial dan pemberitaan media online, yakni: hoaks Ratna Sarumpaet, pembakaran bendera, tampang Boyolali, politik sontoloyo, politik genderuwo.
Lalu, 4 tahun kepemimpinan Jokowi, janji Esemka, Game of Thrones Jokowi, Sandiaga lompat makam dan Jokowi gratiskan Suramadu.
"Kedua pasangan capres-cawapres sebenarnya mempunyai program yang disukai dan sangat bisa menambah elektabilitas. Tapi tim kampanye kurang mengangkat program itu," tutur Rully.