Partikel-partikel kecil berukuran kurang dari 10 mikron atau 2,5 mikron dari polusi udara menyebabkan berbagai penyakit saluran pernafasan.
Partikel-partikel ini terdiri dari sulfat, nitrat, amonia, sodium klorida, karbon hitam dan debu mineral.
Partikel ini sangat mudah masuk ke dalam paru-paru manusia melalui saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke aliran darah. Bila semakin banyak partikel yang tertumpuk, akan menghambat aliran darah dan menyebabkan infeksi di saluran pernafasan.
Tak hanya polusi udara, perubahan iklim juga turut mempengaruhi ketahanan pangan. Pada rentang waktu 1900-2000, telah terjadi peningkatan suhu permukaan sebesar 0,002 derajat Celcius setiap tahun. Sejak 1960-an, laju peningkatan suhunya semakin cepat.
Peningkatan suhu permukaan ini tentunya akan menyebabkan perubahan tren iklim di Indonesia mulai dari berkurangnya curah hujan di musim kemarau ataupun meningkatnya curah hujan di musim penghujan.
Hal itu mengakibatkan penurunan ketersediaan air serta peningkatan kejadian banjir dan tanah longsor.
Kekurangan pasokan air di wilayah pertanian dapat menyebabkan kegagalan panen, perubahan masa tanam dan panen, ataupun munculnya hama dan wabah penyakit. Apalagi Indonesia merupakan negara agraris, tentunya akan semakin rentan terhadap perubahan iklim.
Pasokan produksi ikan dari laut juga akan semakin berkurang akibat coral bleaching, habitatnya menjadi rusak sehingga proses ekosistemnya tidak berjalan dengan baik.
Kekurangan jumlah pasokan pangan pastinya akan berhubungan dengan tingkat kekurangan gizi. Apabila produksi bahan pangan menurun, kerentanan terhadap kekurangan gizi akan semakin meningkat.
Peningkatan temperatur permukaan juga akan berdampak pada tingkat persebaran penyakit demam berdarah yang dibawa oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Setidaknya terjadi peningkatan kasus deman berdarah setiap dekade mulai dari tahun 1990, menurut data dari The Lancet, sebuah jurnal pengobatan umum mingguan.
Upaya adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim adalah suatu keharusan untuk melindungi kesehatan masyarakat Indonesia. Mulai dari mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan menggantikannya dengan energi terbarukan tentunya akan mengurangi tingkat polusi udara.
Peningkatan upaya restorasi dan rehabilitasi hutan juga merupakan salah satu aksi mitigasi untuk mengurangi jumlah karbon yang ada di atmosfer dan menjaga kenaikan temperatur permukaan tetap stabil.
Walaupun upaya adaptasi dan mitigasi memiliki beberapa keterbatasan, tapi setidaknya kita masih bisa melakukan sesuatu untuk mengurangi dampak yang diakibatkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.