Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Teks Proklamasi Autentik dan Testamen yang Diterima Tan Malaka

Kompas.com - 17/08/2018, 19:57 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Teks proklamasi autentik ternyata sempat hilang setelah berperan penting menjadi tonggak sejarah baru bagi Indonesia.

Teks yang turut mengantarkan Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan itu hilang selama belasan tahun, setelah dibacakan sang proklamator Soekarno di Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta pada 17 Agustus 1945.

Dalam buku 17-8-45: Fakta, Drama, Misteri (2015) yang ditulis Hendri F Isnaeni, Sayuti Melik menyatakan bahwa penanda keautentikan naskah proklamasi ialah tulisan "Atas Nama Bangsa Indonesia"

Sementara itu, yang banyak beredar sebelumnya ialah teks proklamasi dengan tulisan penanda "Wakil-wakil Bangsa Indonesia".

Teks itu baru ditemukan kembali sekitar tahun 1960. Naskah diberikan pemimpin senior Partai Komunis Indonesia (PKI) kepada Presiden Soekarno.

Sebelumnya, selama belasan tahun, teks itu melanglang buana setelah tiga pekan dibacakan oleh Soekarno.

Baca juga: Cerita Naskah Proklamasi dan Mesin Tik Milik Perwira Nazi

Cerita dimulai saat Soekarno bertemu dengan Tan Malaka di Jakarta. Pertemuan berlangsung di rumah dokter pribadi Soekarno pada 9 September 1945. Saat pertemuan berlangsung semua lampu dimatikan.

Beberapa hari kemudian, Soekarno bertemu lagi dengan Tan Malaka. Kali ini pertemuan berlangsung di kediaman dr Murwardi, pemimpin Barisan Pelopor di masa pendudukan Jepang.

Menurut Sayuti Melik, dalam buku tersebut, pertemuan itu membahas perjuangan Indonesia pasca-kemerdekaan.

Tan Malaka saat itu memprediksi kedatangan Belanda untuk menjajah kembali Indonesia dengan menumpang kedatangan sekutu.

Ia juga memprediksi Jakarta akan menjadi medan pertempuran sehingga ia menyarankan kepada Soekarno untuk memindahkan pusat pemerintahan ke daerah pelosok, kalau perlu ke pedalaman hutan.

Baca juga: Detik-detik yang Menegangkan, Drama Saat Penyusunan Teks Proklamasi...

Karena khawatir kemungkinan itu terjadi, Soekarno lantas berkata kepada Tan Malaka, "Jika nantinya terjadi sesuatu atas diri kami, sehingga tidak dapat memimpin revolusi kita, saya harap saudaralah yang melanjutkannya, dan untuk ini saya akan membuat testamen."

Tan Malaka tak bereaksi apa pun saat mendengar hal itu. Ia menganggap pernyataan Soekarno sebagai sebuah penghormatan.

Soekarno lantas menyampaikan niatnya untuk membuat testamen itu jika sekutu menawannya. Niat itu ia ungkapkan dalam rapat kabinet pada pengujung September. Namun, ia tak menyebut nama Tan Malaka sebagai sosok yang disebut dalam Testamen.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com