Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Teks Proklamasi Autentik dan Testamen yang Diterima Tan Malaka

Kompas.com - 17/08/2018, 19:57 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Bayu Galih

Tim Redaksi

Menteri Luar Negeri Ahmad Subardjo yang menjadi penghubung antara Soekarno dan Tan Malaka jelas mengetahui sosok yang akan diberikan mandat.

Perbincangan ihwal testamen baru berlanjut setelah Inggris mendarat. Situasi itu semakin mendesak Soekaerno untuk membuat testamen. Soekarno kembali bertemu dengan Tan Malaka.

Pertemuan berlangsung di rumah Ahmad Subardjo dan dihadiri pula oleh Iwa Kusumasumantri, dan Gatot Taroenamihardjo. Mereka sepakat menunjuk Tan Malaka sebagai ahli waris revolusi jika Soekarno dan Mohamad Hatta ditangkap sekutu.

Namun, di kemudian hari, M Hatta tak setuju ihwal penunjukan itu karena hanya satu orang yang diberi mandat. Hatta juga menginginkan Sutan Sjahrir dimasukan sebagai penerima mandat.

Baca juga: Kisah Tiga Pengibar Merah Putih Saat Proklamasi 17 Agustus 1945

Ahmad Subardjo lantas protes karena semua penerima mandat ialah orang Minang. Subardjo pun meminta Wongsonegoro SH dimasukan pula ke dalam daftar penerima mandat.
Terakhir, Soekarno mengusulkan nama Iwa sebagai perwakilan dari suku Sunda.

Namun, ada pula yang mengatakan keempat nama pemberi mandat bukan dipilih berdasarkan suku, melainkan ideologi.

Soekarno lalu meminta Tan Malaka menyusun kata-kata untuk Testamen. Setelah semuanya sepakat dengan isinya, testamen langsung diketik Subardjo.

Tan Malaka lantas membawa testamen tersebut dalam sebuah amplop. Setelah itu ia pergi berkeliling jawa.

Ternyata di dalam amplop tempat testamen, tersimpan pula teks proklamasi asli yang diketik Sayuti Melik. Teks proklamasi asli pun terkatung-katung bersama Tan Malaka hingga ia meninggal dunia.

Kemudian, Trimurti, istri Sayuti Melik, menuturkan bahwa tokoh Partai Murba (partai yang didirikan Tan Malaka), Syamsu Harya Udaya, pada pengujung 1964 mendatanginya.

Baca juga: Sayuti Melik, Pengetik Teks Proklamasi

Selama ini, ternyata Syamsu yang menyimpan testamen dan teks proklamasi asli. Trimurti dan Syamsu lalu menemui tokoh PKI DN Aidit yang saat itu dekat dengan Presiden Soekarno.

Mereka meminta Aidit mengembalikan teks proklamasi dan testamen kepada Presiden Soekarno.

Selepas itu, Aidit mengatur pertemuan antara Soekarno, Trimurti, Syamsu, dan ia sendiri dalam rangka penyerahan teks proklamasi dan testamen yang sempat membikin gempar dunia perpolitikan Indonesia.

Pasalnya, testamen tersebut sempat membuat Tan Malaka dipenjara karena mengaku sebagai penerima mandat revolusi dari Soekarno.

Pertemuan berlangsung di Istana Negara, Jakarta. Kala itu, Trimurti menyarankan agar testamen dibakar supaya tak menimbulkan kegemparan baru. Sementara itu teks proklamasi asli yang telah kembali akhirnya disimpan Soekarno.

Pada 17 Agutus 1967 dalam perayaan HUT RI,  untuk pertama kalinya teks proklamasi itu dibacakan kembali saat upacara di Istana Merdeka.

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Jenderal AH Nasution bertugas membacakannya.

Kompas TV Perjalanan Indonesia Meraih Kemerdekaan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

'Checks and Balances' terhadap Pemerintahan Dinilai Lemah jika PDI-P Gabung Koalisi Prabowo

"Checks and Balances" terhadap Pemerintahan Dinilai Lemah jika PDI-P Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Berikut Daftar Koalisi Terbaru Indonesia Maju

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Berikut Daftar Koalisi Terbaru Indonesia Maju

Nasional
PKS Temui PKB Bahas Potensi Kerja Sama untuk Pilkada 2024, Jateng dan Jatim Disebut

PKS Temui PKB Bahas Potensi Kerja Sama untuk Pilkada 2024, Jateng dan Jatim Disebut

Nasional
Dilaporkan ke Dewas, Wakil Ketua KPK Bantah Tekan Pihak Kementan untuk Mutasi Pegawai

Dilaporkan ke Dewas, Wakil Ketua KPK Bantah Tekan Pihak Kementan untuk Mutasi Pegawai

Nasional
Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

Lantik Sekjen Wantannas, Menko Polhukam Hadi Ingatkan Situasi Keamanan Dunia yang Tidak Pasti

Nasional
Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Dudung Abdurahman Datangi Rumah Prabowo Malam-malam, Mengaku Hanya Makan Bareng

Nasional
Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Idrus Marham Sebut Jokowi-Gibran ke Golkar Tinggal Tunggu Peresmian

Nasional
Logo dan Tema Hardiknas 2024

Logo dan Tema Hardiknas 2024

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, Nasib Koalisi Perubahan di Ujung Tanduk

Nasional
PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

PKS Undang Prabowo ke Markasnya, Siap Beri Karpet Merah

Nasional
Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Selain Nasdem, PKB Juga Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

BRIN Bahas Pengembangan Satelit untuk Waspadai Permasalahan Keamanan Antariksa

Nasional
Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasdem dukung Prabowo-Gibran, Golkar Tak Khawatir Jatah Menteri Berkurang

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

GASPOL! Hari Ini: Hasto Kristiyanto dan Hadirnya Negara Kekuasaan

Nasional
Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com