Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Formappi Nilai Pelaksanaan Kode Etik dan Kelembagaan DPR Masih Lemah

Kompas.com - 14/08/2018, 19:08 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus melihat penegakan hukum dan kode etik atas pelanggaran yang dilakukan oleh anggota DPR masih lemah.

Ia menilai, hal itulah yang membuat sejumlah anggota DPR terlibat dalam berbagai kasus korupsi dan tindakan pelanggaran kode etik.

"Penegak hukum terkait, KPK, Kejaksaan, Polri agar bekerja lebih optimal dan menerapkan hukum yang maksimal," kata Lucius dalam diskusi bertajuk "Evaluasi Kinerja DPR Masa SIdang V Tahun Sidang 2017-2018" di kantor Formappi, Jakarta, Selasa (14/8/2018).

Baca juga: Kinerja DPR di Bidang Pengawasan Dianggap Belum Maksimal

Selain itu, pola relasi hubungan DPR dan Pemerintah secara kelembagaan belum mencerminkan struktur kekuasaan menurut Undang-undang Dasar 1945.

Lucius menilai sejatinya DPR merupakan penyeimbang kekuatan pemerintah.

"Semestinya legislatif dan eksekutif berhadapan secara vis-a-vis," papar Lucius.

Baca juga: Kinerja DPR di Bidang Legislasi Dinilai Masih Lemah

Ia menilai selama ini sikap, kritik, maupun komentar dari DPR justru lebih cenderung mengarah pada sikap fraksi dan pribadi.

"DPR sebagai lembaga legislatif justru tidak memiliki sikap resmi terhadap eksekutif," kata dia.

Lucius juga mengkritik kemalasan sebagian anggota DPR untuk mengikuti berbagai agenda rapat dan sidang. Ia menilai sikap itu mengabaikan kepentingan dan harapan masyarakat kepada parlemen.

Baca juga: Pemilu Mahal, Ketua KPK Prihatin Kinerja DPR Kurang Optimal

"Tindakan yang benar-benar tegas dan sanksi berat perlu diatur lagi dalam UU MD3 dan tata tertib DPR untuk mendorong anggota DPR hadir dalam sidang-sidang DPR," ujarnya.

DPR, kata dia, juga terkesan kembali menjadi lembaga tertutup dengan tak mengumumkan secara terbuka agenda-agenda sidang di setiap masa sidang.

Ia melihat hal ini bertentangan dengan keinginan pimpinan DPR yang ingin membentuk parlemen modern dengan menjunjung tinggi keterbukaan.

Ia menilai komitmen DPR membangun parlemen yang bermartabat masih rendah.

Kompas TV Dewan Perwakilan Rakyat hari ini memperingati hari ulang tahun ke-72.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com