Pengusaha
Selepas meraih gelar insinyur, Jokowi sempat bekerja di salah satu BUMN dan ditempatkan di Aceh.
Jokowi kemudian membangun usahanya sendiri dengan bekal pengetahuan meubel dari sang paman. Ia menamakan perusahaannya PT Rakabu, yang diambil dari putra sulungnya.
Usahanya di dunia meubel sempat mengalami jatuh bangun hingga pada era reformasi, ia justru menikmati keuntungan dari hasil ekspor di tengah kondisi perekonomian Indonesia yang porak poranda akibat krisis moneter.
Jokowi berkeliling Eropa dan sejumlah negara di benua lainnya untuk berbisnis meubel.
Pengalamannya hidup di luar negeri itu juga membuka matanya soal bagaimana sebuah kota ditata dan dikelola dengan modern dan nyaman untuk ditinggali.
Seluruh pengalaman hidupnya itu menarik minat Jokowi untuk terjun ke dunia politik.
Tahun 2005, Jokowi dan F.X Hadi Rudyatmo diusung PDI Perjuangan dan PKB untuk menjadi calon wali kota dan wakil wali kota Surakarta.
Pasangan ini menang Pilkada dengan persentase suara sebesar 36,62 persen.
Setelah melewati satu periode masa jabatan, Jokowi dan FX Rudi kembali terpilih dalam Pilkada selanjutnya.
Namun, kepemimpinan Jokowi menarik PDI Perjuangan untuk 'memindahkan' Jokowi ke Jakarta.
Ia memilih mundur sebagai Wali Kota Solo digantikan FX Rudi dan menjadi calon gubernur DKI Jakarta.
Hijrah ke Ibu Kota
Pada Pilkada DKI Jakarta 2012, Jokowi dipasangkan bersama Basuki Tjahaja Purnama.
Keduanya berhadapan dengan sejumlah pasangan calon, yakni Fauzi Bowo-Nahrawi Ramli (petahana), Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria, Hidayat Nur Wahid-Didik J Rachbini, Faisal Basri-Biem Benjamin dan Alex Noerdin-Nono Sampono.
Pilkada DKI 2012 berlangsung dua putaran. Pada putaran kedua, pasangan calon yang masih tersisa, yakni Jokowi-Basuki dan Fauzi Bowo-Nachrawi Ramli.
Namun, akhirnya pasangan Jokowi-Basuki menang dengan perolehan suara 2.472.130 (53,82 persen) suara. Sedangkan pasangan rival memperoleh 2.120.815 (46,18 persen) suara.
Kinerja Jokowi-Basuki relatif moncer di DKI. Sejumlah program ditelurkannya, antara lain program bantuan sosial Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Kartu Jakarta Sehat (KIS), pembangunan Kampung Deret, pembangunan rumah susun, normalisasi aliran sungai dan peremajaan bus Transjakarta.
Pada era kepemimpinan Jokowi pula, terungkap kasus korupsi bus Transjakarta berkarat.
Kepala Dinas Perhubungan kala itu, Udar Pristono ditetapkan sebagai tersangka dan divonis bersalah oleh hakim pengadilan tinggi usai melakukan banding.
Jokowi-Basuki juga menjadi pelopor dihapuskannya diskriminasi dan nepotisme dalam jenjang karier PNS di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui lelang jabatan.
Kepemimpinan Jokowi di DKI Jakarta semakin populer setelah menjalankan roda pemerintahan dengan pendekatan humanis.
Ia blusukan ke kampung-kampung kumuh, ke bantaran sungai, ke rumah-rumah susun, bahkan ia masuk ke gorong-gorong untuk mengecek endapan penyebab banjir.
Maka tidak heran banyak yang mendorong agar Jokowi menjadi calon presiden pada Pemilihan Preside 2014.
Sejumlah lembaga survei juga menempatkan nama Jokowi pada pucuk nama-nama yang memiliki elektabilitas tinggi untuk Pilpres.