Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Haji Masa Lalu, dari Jalan Kaki sampai Naik Sepeda Ontel

Kompas.com - 31/07/2018, 17:05 WIB
Aswab Nanda Pratama,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kisah perjalanan haji pada masa lalu berbeda jauh dengan sistem yang berlaku saat ini.

Dalam buku "Naik Haji di Masa Silam Tahun 1482-1890", disebutkan, pada awal abad ke 20, perjalalanan haji dilaksanakan dalam konteks masyarakat yang tidak memiliki sistem tabungan.

Pada masa itu, mereka yang menunaikan ibadah haji biasanya orang kaya seperti bangsawan, pedagang, dan pemilik tanah.

Selain itu, konteks orang kaya juga merambah kepada para petani besar yang membuka perkebunan yang hasilnya bisa dinikmati dengan hasil yang melimpah.

Harian Kompas, 23 September 1965, memberitakan, ongkos naik haji mencapai Rp 1,1 juta untuk kelas 1, dan Rp 1,2 juta untuk kelas II.

Baca juga: Kisah Kapal Gunung Jati dan Cut Nyak Dien, Kapal Haji yang Jadi Kapal Perang

Dengan tarif sebesar itu, ada pula golongan petani kelas bawah yang menunaikan ibadah haji dengan cara menjual dan meminjam.

Ketika petani menjual tanahnya untuk naik haji, dia tidak akan mempunyai harta apapun sesudah balik ke Indonesia.

Ada juga orang yang meminjam dan menggadai tanahnya untuk naik haji. Namun, sekembalinya dari Tanah Suci, dia tidak bisa kembali mengambil tanahnya.

Banyak cerita lainnya dari perjalanan jemaah haji dari Indonesia menuju ke Arab Saudi.

Jalan kaki

Dalam Harian Kompas, 9 Agustus 1965, ada cerita dari seseorang yang akan menjalankan ibadah haji pada masa itu dengan berjalan kaki.

Pada era 1960-an sejatinya ibadah haji dilaksanakan melalui perjalanan laut, sehingga sering dijuluki haji laut.

Ada juga seseorang yang melaksanakan haji dengan menggunakan pesawat terbang, tetapi jumlah sangat sedikit karena biayanya yang jauh lebih tinggi.

Baca juga: Kisah Kapal Haji pada Masa Lalu: Tampomas

Ridwan, seorang pria asal Majalengka, Jawa Barat menuju Tanah Suci dengan berjalan kaki.

Uniknya, keberangkatan dimulai pada saat Hari Lahir Pancasila yaitu 1 Juni 1965.

Halaman:


Terkini Lainnya

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com