Menagih kepada Jokowi Sejumlah Kasus yang Ditangani
Ratusan orang yang berkumpul sejak pagi, bukan hanya pegawai KPK. Sejumlah perwakilan lembaga swadaya masyarakat, pengacara, mahasiswa dan aktivis antikorupsi juga meramaikan acara penyambutan terhadap Novel.
Kehadiran mereka bukan sekadar menjadi penyemangat terhadap Novel. Ada tuntutan yang digelorakan dalam penyambutan ini.
Pengungkapan pelaku penyiraman air keras yang tak kunjung selesai dianggap sebagai pekerjaan rumah bagi Presiden Joko Widodo. Jokowi sebagai pemimpin tertinggi Polri dinilai memiliki tanggung jawab untuk mendorong institusi tersebut agar segera merilis pelaku penyerangan.
Dalam penyambutan terhadap Novel, beberapa pegawai KPK membentangkan spanduk bertuliskan "Novel Kembali, Presiden ke Mana?".
Baca juga: Pengacara: Polisi Tak Pernah Sampaikan Perkembangan Penyidikan Kasus Novel Baswedan
Dalam surat terbuka kepada Presiden, Wadah Pegawai KPK menanyakan kelanjutan surat yang telah dikirimkan kepada Jokowi pada berbulan-bulan lalu, yang belum mendapat balasan hingga sekarang.
Menurut Wadah Pegawai, teror terhadap Novel merupakan bentuk perlawanan terhadap upaya pemberantasan korupsi. Apalagi, Novel mewakili lembaga KPK yang dibentuk atas amanah reformasi yang tercantum dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Wadah Pegawai mengingatkan kepada Jokowi bahwa serangan serupa bisa terjadi pada siapapun, selama pelakunya belum diungkap.
Selain itu, Jokowi diminta segera membentuk tim gabungan pencari fakta yang terdiri dari berbagai unsur masyarakat yang berintegritas dan berkompeten. Pembentukan tim ini diharapkan memunculkan titik terang pengungkapan pelaku penyerangan.
Baca juga: Busyro: Presiden Lepas Tanggung Jawab Kasus Novel Baswedan
Desakan itu juga muncul dari Novel sendiri.
"Polisi tidak mau mengungkap kasus ini, karena itu saya minta ke atasan polisi. Ini bukan karena saya marah, saya memang sebagai korban, tapi karena pengungkapan pelaku teror sama pentingya dengan pemberantasan korupsi itu sendiri," kata Novel.
Dalam acara penyambutan itu, Novel mengatakan, tidak ada rasa sedih atau rasa keterpurukan atas apa yang dia alami. Novel merasa ikhlas, bahkan memaafkan orang yang melakukan serangan fisik terhadapnya.
Namun, ia merasa identitas pelaku sangat penting untuk diungkap.
"Saya akan bicara dengan risiko apapun. Bukan hanya terkait diri saya sendiri, tapi pelaku penyerangan adalah penyerangan kepada KPK," kata Novel.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.