Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Novel Kembali, Presiden ke Mana?

Kompas.com - 27/07/2018, 16:29 WIB
Abba Gabrillin,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

Kompas TV Penyidik senior KPK, Novel Baswedan mendapat kunjungan dari wadah pegawai KPK di kediamannya.

KOMPAS Sejumlah Kasus yang Ditangani Novel Baswedan
Menagih kepada Jokowi

Ratusan orang yang berkumpul sejak pagi, bukan hanya pegawai KPK. Sejumlah perwakilan lembaga swadaya masyarakat, pengacara, mahasiswa dan aktivis antikorupsi juga meramaikan acara penyambutan terhadap Novel.

Kehadiran mereka bukan sekadar menjadi penyemangat terhadap Novel. Ada tuntutan yang digelorakan dalam penyambutan ini.

Pengungkapan pelaku penyiraman air keras yang tak kunjung selesai dianggap sebagai pekerjaan rumah bagi Presiden Joko Widodo. Jokowi sebagai pemimpin tertinggi Polri dinilai memiliki tanggung jawab untuk mendorong institusi tersebut agar segera merilis pelaku penyerangan.

Dalam penyambutan terhadap Novel, beberapa pegawai KPK membentangkan spanduk bertuliskan "Novel Kembali, Presiden ke Mana?".

Baca juga: Pengacara: Polisi Tak Pernah Sampaikan Perkembangan Penyidikan Kasus Novel Baswedan

Dalam surat terbuka kepada Presiden, Wadah Pegawai KPK menanyakan kelanjutan surat yang telah dikirimkan kepada Jokowi pada berbulan-bulan lalu, yang belum mendapat balasan hingga sekarang.

Menurut Wadah Pegawai, teror terhadap Novel merupakan bentuk perlawanan terhadap upaya pemberantasan korupsi. Apalagi, Novel mewakili lembaga KPK yang dibentuk atas amanah reformasi yang tercantum dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Wadah Pegawai mengingatkan kepada Jokowi bahwa serangan serupa bisa terjadi pada siapapun, selama pelakunya belum diungkap.

Selain itu, Jokowi diminta segera membentuk tim gabungan pencari fakta yang terdiri dari berbagai unsur masyarakat yang berintegritas dan berkompeten. Pembentukan tim ini diharapkan memunculkan titik terang pengungkapan pelaku penyerangan.

Baca juga: Busyro: Presiden Lepas Tanggung Jawab Kasus Novel Baswedan

Desakan itu juga muncul dari Novel sendiri.

"Polisi tidak mau mengungkap kasus ini, karena itu saya minta ke atasan polisi. Ini bukan karena saya marah, saya memang sebagai korban, tapi karena pengungkapan pelaku teror sama pentingya dengan pemberantasan korupsi itu sendiri," kata Novel.

Dalam acara penyambutan itu, Novel mengatakan, tidak ada rasa sedih atau rasa keterpurukan atas apa yang dia alami. Novel merasa ikhlas, bahkan memaafkan orang yang melakukan serangan fisik terhadapnya.

Namun, ia merasa identitas pelaku sangat penting untuk diungkap.

"Saya akan bicara dengan risiko apapun. Bukan hanya terkait diri saya sendiri, tapi pelaku penyerangan adalah penyerangan kepada KPK," kata Novel.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com