Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AHY yang Masih Sepi "Peminat"...

Kompas.com - 06/07/2018, 08:58 WIB
Ihsanuddin,
Bayu Galih

Tim Redaksi

Dinilai belum pantas

Politisi Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, meminta SBY bersikap realistis dan tidak memaksakan untuk mengusung putra sulungnya pada Pilpres 2019.

"Agus itu jadi menteri saja syukur. Tapi kalau jadi wapres, apalagi presiden, mimpi kali yee," kata Ruhut.

Menurut Ruhut, dengan pengalaman yang dimilikinya, AHY memang belum pantas untuk menjadi presiden atau wapres.

Ruhut mengacu pada pengalaman AHY di militer yang hanya mengemban tugas sampai berpangkat mayor. Ia menyarankan AHY untuk mencari pengalaman tambahan dan baru mencalonkan diri pada Pilpres 2024.

"Mayor itu kalau di Jakarta jadi Koramil. Kalau polisi, jadi Kapolsek," kata mantan anggota Komisi III DPR ini.

Baca juga: Ruhut: AHY Mimpi Mau Jadi Presiden, Jadi Menteri Saja Syukur

Menurut Ruhut, SBY bisa saja mengundurkan diri sebagai ketua umum Partai Demokrat dan menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada AHY. Atau, AHY juga bisa menjadi anggota DPR maju sebagai calon legislatif dari Partai Demokrat.

Terakhir, SBY juga bisa membawa Partai Demokrat mendukung Jokowi pada 2019 dan menawarkan AHY sebagai menteri.

"Aku minta SBY cepat-cepatlah deklarasi, nyatakan sikap dukung Pak Jokowi. Biar Agus bisa di pemerintahan, menterilah," kata Ruhut.

Relawan Jokowi di Bravo 5 ini meyakini, Jokowi akan memberikan timbal balik dengan menjadikan AHY menteri apabila Partai Demokrat bersedia bergabung pada Pilpres 2019.

Namun, ia menyarankan agar deklarasi dukungan itu disampaikan dalam waktu dekat.

"Menterinya juga lihat-lihat, enggak mungkinlah menteri pertahanan pangkatnya mayor. Nanti orang ketawa. Biarlah menpora atau menteri desa," ujar dia.

Anak SBY

Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Satrio menilai wajar apabila AHY sepi peminat. Menurut dia, sosok AHY sendiri memang tidak menjual.

"Dari survei, persepsi publik terhadap AHY adalah anak SBY, mantan calon gubernur DKI, mantan militer. Khususnya soal anak SBY, kalau hanya mengandalkan kharisma SBY saja, maka sulit orang mengenal siapa AHY," ujar Hendri.

AHY, menurut Hendri, memang cukup populer, meski elektabilitasnya masih sangat rendah. Namun, faktor popularitas itu sendiri bukan berorientasi pada politikus atau calon pemimpin.

Dengan gaya AHY yang terkesan elitis, Hendri berpendapat persepsi publik lebih mengarahkan bahwa AHY adalah seorang selebritis.

"Yang saya takutkan dengan apa yang dilakukan saat ini, AHY justru sedang menapaki alur karier sebagai selebritis, bukan karier sebagai politikus atau calon pemimpin," ujar Hendri.

Baca: Sosok AHY Dinilai Kurang Menjual karena Label "Änak SBY"

Hendri menyarankan, AHY lebih luwes lagi dalam bergaul di dunia politik. Tidak hanya dengan internal di Partai Demokrat, AHY disarankan bergaul juga dengan politisi muda di luar partainya.

Hanya dengan komunikasi yang luwes itulah sosok AHY lama kelamaan akan memiliki karakter dan terpisah dengan kharisma sang ayah.

Pengamat politik dari PARA Syndicate, Ari Nurcahyo menilai, SBY sebaiknya menyiapkan AHY untuk Pilpres 2024. Sebab, menurut Ari, Pemilu 2024 akan menjadi momentum tepat bagi Agus dari sisi usia dan pengalaman politik.

"Jika saya SBY, saya akan mendudukkan AHY untuk kontestasi 2024. Karena pada periode 2024 tersebut memang menjadi panggung bagi generasi emas AHY," kata Ari.

Kompas TV Demokrat mengusung 17 calon dalam pilgub di pilkada serentak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com