Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Munawir Aziz
Sekretaris PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom, Penulis Sejumlah Buku

Sekretaris PCI Nahdlatul Ulama United Kingdom, menulis buku Bapak Tionghoa Nusantara: Gus Dur, Politik Minoritas dan Strategi Kebudayaan (Kompas, 2020) dan Melawan Antisemitisme (forthcoming, 2020).

Yerusalem, Manuver Trump, dan Strategi Indonesia

Kompas.com - 23/05/2018, 08:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Di samping sosok Trump yang sering menghadirkan manuver di dunia internasional, isu Jerusalem memang menjadi titik panas dinamika diplomasi antarnegara.

Jerusalem tidak sekadar lokasi, ibu kota, atau bahkan batas wilayah. Lebih dari itu, Jerusalem menjadi simbol, representasi dari klaim keagamaan sekaligus referensi religiusitas. Di setiap derap sejarah, Jerusalem mencatatkan air mata.

Di kota ini, selama ribuan tahun umat manusia saling mengklaim untuk mempertahankan kekuasaan sekaligus legitimasi spiritualitasnya.

Baca juga: Trump Ingin Israel Akui 4 Wilayah di Yerusalem Timur Ini Milik Palestina

Jerusalem menjadi rujukan anak-anak Ibrahim, untuk menancapkan tonggak kekuasaan wilayahnya seraya memburu ruang spiritualitas dari tiga agama, yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam.

Tentu saja, itu sejarah panjang dengan berbagai warna, polemik hidup, serta kontestasi kekuasaan menjadi bagian dari dinamika di kota ini.

Selain itu, status kota Jerusalem juga menjadi inti permasalahan yang melatarbelakangi konflik panjang antara Israel dan Palestina.

Israel menyatakan bahwa Yerusalem sebagai ibukota mereka yang "abadi dan tak terbagi". Sementara, pada sisi lain, Palestina menegaskan bahwa Jerusalem Timur—yang dikuasai Israel sejak perang Timur Tengah pada 1967—merupakan ibu kota negara mereka pada masa lalu.

Langkah Trump yang mendukung penetapan Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel serta menggeser kantor Kedutaan Besar Besar Amerika dari Tel Aviv ke Jerusalem merupakan langkah politis.

Manuver Donald Trump ini menghadirkan kecaman dari berbagai negara di beberapa belahan dunia. Padahal, pada era-era sebelumnya, Pemerintah Amerika Serikat bersikap netral, dalam konteks isu Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel.

Majelis Umum PBB juga mengeluarkan resolusi yang mendesak pemerintah Amerika Serikat menarik keputusan terkait status Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel pada pengujung 2017.

Baca juga: Voting di Majelis Umum PBB soal Yerusalem, 128 Negara Menentang AS

Pada sesi pemungutan suara, sebanyak 128 negara mendukung resolusi, sedangkan 9 negara menentang, dan 35 negara abstain. Ini menggambarkan betapa mayoritas negara tidak setuju dengan langkah pemerintah Amerika Serikat dalam kasus Jerusalem.

Namun, pemerintah AS tetap fokus pada keputusannya. Pemerintah Amerika Serikat tetap membuka kantor Kedutaan Besar di Jerusalem, Senin pekan lalu.

Beberapa pejabat penting dan representasi Pemerintah Amerika Serikat hadir pada momentum itu, yakni Menteri Keuangan Steven Mnuchin, Wakil Menteri Luar Negeri John Sullivan, serta pasangan Ivanka Trump dan Jared Kushner yang menjadi penasihat Gedung Putih.

Strategi Jokowi

Merespons kebijakan pemerintah AS atas penetapan Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel, Pemerintah Indonesia menyampaikan maklumat resmi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Orang Dekat Prabowo-Jokowi Diprediksi Isi Kabinet: Sjafrie Sjamsoeddin, Dasco, dan Maruarar Sirait

Nasional
Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang 'Hoaks'

Prabowo Diisukan Akan Nikahi Mertua Kaesang, Jubir Bilang "Hoaks"

Nasional
Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok 'Kepedasan' di Level 2

Momen Jokowi dan Menteri Basuki Santap Mie Gacoan, Mentok "Kepedasan" di Level 2

Nasional
Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Ditolak Partai Gelora Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Jangan Terprovokasi

Nasional
Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Kapolri Bentuk Unit Khusus Tindak Pidana Ketenagakerjaan, Tangani Masalah Sengketa Buruh

Nasional
Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Kapolri Buka Peluang Kasus Tewasnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Nasional
May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Khusus Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com