Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Setiap Ada Bom, Publik Buru-buru Bilang Intelijen Kecolongan..."

Kompas.com - 19/05/2018, 21:32 WIB
Moh Nadlir,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat Pertahanan Susaningtyas Kertopati menyayangkan berbagai kritik yang dilayangkan publik terhadap Badan Intelijen Negara (BIN).

Berbagai kritik tersebut mengalir deras karena BIN dianggap gagal mengantisipasi sejumlah serangan aksi teror yang terjadi.

"Setiap ada bom, publik buru-buru bilang intelijen kecolongan. Padahal, deteksi dini sudah dilakukan, tentu tidak bisa intilejen yang disalahkan," kata Susaningtyas di Jakarta, Sabtu (19/5/2018).

Baca juga: Fadli Zon Minta Presiden Evaluasi BIN dan Polri

Menurut Susaningtyas, kritik tersebut tak sepantasnya hanya diarahkan kepada BIN saja. Sebab, BIN tak punya kewenangan untuk melakukan penindakan.

"UU tidak dorong intelijen lakukan tindakan. Harus ada makanya penguatan intelijen. Ada pencegahan, pengejar dan lain-lain," kata dia.

Karenanya, Susaningtyas tak sepakat jika BIN terus dijadikan kambing hitam atas berbagai aksi teror yang telah terjadi.

"Jangan mengarahkan pandangan kesalahan itu kepada intelijen semata," tegas Susaningtyas.

"Tentu apabila kita ingin melihat dan menganalisa harus holistik. Intelijen tentu bekerjasama, berkoordinasi, untuk pemgambilan kebijakan," kata dia.

Baca juga: RUU Antiterorisme: dari Pasal Guantanamo sampai Tantangan HAM

Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menilai, BIN tidak kecolongan dengan aksi teror yang belakangan ini terus terjadi di Tanah Air.

"Enggak ada kecolongan," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (16/5/2018).

Terkait aksi teror yang terjadi terus-menerus, Moeldoko juga menilai wajar karena saat ini kepolisian tengah menekan kelompok-kelompok pelaku terorisme.

Baca juga: BIN: Jangan Politisasi Kerusuhan Mako Brimob untuk Tujuan Politik...

Tak berbeda, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo juga tak sepakat bahwa BIN dianggap kecolongan karena rentetan aksi terorisme yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur.

"Enggak. Sekarang negara yang paling hebat Amerika Serikat saja, WTC bisa kecolongan," kata Tjahjo di kantornya, Jakarta, Senin (14/5/2018).

Tak cuma Amerika Serikat, kata Tjahjo, Perancis yang terkenal punya intelijen kuat pun tak luput dari serangan aksi terorisme.

Baca juga: Moeldoko: BIN Tidak Kecolongan

Dia menilai, sangat sulit mendeteksi seseorang yang akan melakukan aksi teror, apalagi melibatkan anak-anak.

Karenanya, menurut Tjahjo, penting bagi pemerintah dan semua piahk untuk waspada akan aksi terorisme selanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

PDI-P Sebut Prabowo-Gibran Bisa Tak Dilantik, Pimpinan MPR Angkat Bicara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com