Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polri Diharapkan Bongkar Otak Kejahatan Terorisme di Indonesia

Kompas.com - 15/05/2018, 11:20 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Guru Besar Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian Farouk Muhammad berharap Polri bisa membongkar otak pelaku teror serta seluruh simpul jaringan teror lainnya.

Menurut dia, penindakan dan pencegahan terorisme juga harus dilakukan secara komprehensif oleh segenap komponen bangsa.

"Kita yakin serta percaya bahwa pihak kepolisian akan mampu memecahkan kasus ini secara cepat dan mengungkap para pelaku yang telah merusak suasana damai di Surabaya secara komprehensif," kata Farouk dalam keterangan resminya, Senin (15/5/2018).

Baca juga: Wasekjen Gerindra: Mau Koalisi atau Oposisi, Semuanya Perangi Terorisme

Ketua Umum Ikatan Sarjana dan Profesi Perpolisian Indonesia (ISPPI) ini mengimbau agar tidak ada pihak yang mengaitkan setiap bentuk teror dengan agama tertentu.

Wakil Ketua DPD ini mengatakan, target para pelaku dengan menyerang tempat ibadah agama tertentu dimaksudkan untuk memecah belah persatuan bangsa.

Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat tidak terprovokasi untuk berkonflik.

Farouk mengingatkan, selain menebarkan ancaman dan ketakutan, para pelaku teror juga berupaya membangun rasa saling tidak percaya antar komponen masyarakat.

Di sisi lain, ia juga menegaskan agar masyarakat tetap tenang dan menyerahkan sepenuhnya proses penanganan kejahatan teror di Surabaya kepada pihak kepolisian.

"Kami mengimbau masyarakat tetap tenang dan memercayakan proses penyelidikan kepada pihak kepolisian. Tidak boleh ada kesimpulan yang gegabah," kata pensiunan polisi ini.

Baca juga: Sejumlah Pasal di RUU Anti-Terorisme Jadi Sorotan Komnas HAM

Farouk mengakui bahwa berdasarkan pada tempat dan waktu, kejadian di Mako Brimob, lalu ledakan di tiga gereja serta sejumlah titik serangan lainnya di Surabaya, harus menjadi evaluasi bersama dalam pencegahan dan penanganan kejahatan terorisme.

"Para teroris secara sengaja dan terencana menyerang tempat publik karena dianggap dapat menjadi medium pesan yang efektif," ujarnya.

Kompas TV Aiman berdialog dengan Wali Kota Surabaya melalui sambungan telepon.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com