Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Respons Gatot Nurmantyo Saat Ditanya Penggunaan Politik Identitas

Kompas.com - 24/04/2018, 15:47 WIB
Kristian Erdianto,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo mengungkapkan pendapatnya soal politik identitas saat menjadi narasumber acara "Satu Meja" di Kompas TV pada Senin (23/4/2018) malam.

Awalnya, pengamat politik dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) J Kristiadi sebagai salah seorang panelis, menanyakan pendapat Gatot terkait penyebab maraknya politik identitas yang terjadi saat ini.

Menurut Gatot, politik merupakan ajang beradu cerdik bagi para politisi. Politik identitas cenderung digunakan untuk memenangkan calon pemimpin yang berkontestasi.

Ia berpendapat, politik identitas dapat dikatakan sehat apabila suatu kelompok tidak menggunakannya untuk menyudutkan atau menyerang kelompok lain.

"Politik ini adu cerdik, kemudian belum lama proses Pilkada DKI itu politik identitas yang dilakukan, itu berhasil mengangkat calonnya. Maka sebagai politisi hanya berpikiran seperti itu untuk mengangkat ini juga kalau ingin menang," ujar Gatot.

"Dalam konteks ini perlu diingatkan bahwa kita ini negara yang dibangun berdasarkan kemajemukan. Politik identitas dapat dikatakan sehat apabila tidak menyudutkan atau menjelek-jelekkan atau rasialisme," ucap dia.

(Baca juga: Pengakuan Gatot Nurmantyo soal Kedekatannya dengan Tomy Winata dan Logistik Pencapresan)

Kemudian, J Kristiadi kembali melontarkan pertanyaan, "Tegasnya, Pak Gatot tidak akan menggunakan politik identitas sebagai jurus politik?"

Gatot pun menjawab bahwa ia menginginkan adanya persatuan. Ia menegaskan, kendati mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam, namun Pancasila yang digagas oleh para pendiri bangsa tidak lahir berdasarkan syariat Islam, melainkan Ketuhanan yang Maha Esa.

"Saya justru punya mimpi, koalisi ini adalah koalisi umat yang berjuang untuk rakyat Indonesia. Itu bukan politik identitas, kan? Jadi persatuan umat untuk rakyat Indonesia," ucap Gatot.

Seorang panelis lain, sosiolog Imam B Prasodjo ikut menimpali. Ia kembali mempertegas pertanyaan J Kristiadi.

"Apakah Bapak akan menjual kesamaan identitas sebagai cara untuk menang?" tanya Imam.

(Baca juga: Gatot Nurmantyo: Saat Ini Saya Melihat Terlalu Banyak Campur Tangan Partai)

Gatot menjawab, dirinya adalah seorang Muslim yang menjunjung keberagaman. Hal itu ia buktikan saat masih menjabat Panglima TNI, dengan merangkul semua kelompok agama.

"Saya pikir, walaupun saya seorang Muslim dan sudah dibuktikan saya panglima TNI yang merangkul semua agama. Itu yang akan saya mobilisasikan. Karena ini adalah bangsa yang majemuk," kata Gatot.

"Jadi dengan kata lain secara tegas Pak Gatot tidak akan menggunakan ikatan primordial itu sebagai alat?" tanya Imam lagi.

Gatot sedikit tak bersepakat dengan pertanyaan itu. Menurut Gatot, tak bisa dipungkiri masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islam.

Oleh sebab itu, ia akan mengajak umat Islam bersama umat beragama lain untuk bersatu dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia

"Bukan berarti saya memutuskan saya tidak peduli dengan Islam, tidak bisa seperti itu, wong saya orang Islam. Mungkin saya juga menggunakan partai Islam. Tapi saya mengajak semua umat untuk bersama bersatu berjuang untuk rakyat Indonesia," tutur Gatot.

Kompas TV Bagaimana sejauh ini dukungan dari relawan Gatot Nurmantyo?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com