Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prabowo Diberitakan Minta 7 Kursi Kabinet jika Jadi Cawapres Jokowi, Gerindra Sebut Hoaks

Kompas.com - 16/04/2018, 19:54 WIB
Bayu Galih,
Rakhmat Nur Hakim

Tim Redaksi

Sumber Asia Times

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Joko Widodo dikabarkan berupaya menggandeng Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk dijadikan calon wakil presiden pendampingnya pada pemilihan presiden mendatang atau Pilpres 2019.

Sejumlah pihak mengonfirmasi kabar tersebut, salah satunya Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Muhammad Romahurmuziy atau Romy. Menurut Romy, Jokowi dua kali melakukan penjajakan untuk menggandeng Prabowo.

Romy menjelaskan, upaya menduetkan Jokowi-Prabowo dilakukan untuk menjaga persatuan bangsa. Potensi perpecahan yang makin terlihat saat Pilkada DKI Jakarta 2017 dapat kembali muncul jika Jokowi berhadapan dengan Prabowo.

Adapun Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan disebut sebagai salah satu orang yang berusaha mendekatkan Jokowi dengan Prabowo. Salah satu pertemuan dilakukan di Jakarta pada 6 April lalu.  

(Baca: Prabowo dan Luhut Bertemu, Apa yang Dibicarakan?)

Wartawan Selandia Baru yang pernah bertugas di Indonesia, John McBeth, mengungkap pertemuan yang terjadi di salah satu restoran Jepang di Hotel Grand Hyatt tersebut.

Dalam pertemuan itu, Prabowo diberitakan mempertimbangkan untuk menjadi cawapres jika pihak Jokowi memenuhi permintaannya.

Dilansir dari Asia Times yang tayang Minggu (15/4/2018), McBeth menulis bahwa Prabowo bersedia jika diberi peran untuk mengendalikan militer dan tujuh kursi di kabinet mendatang. Menanggapi permintaan Prabowo, tulis McBeth, Luhut tampak keberatan.

Dalam tulisan itu, McBeth tidak menjelaskan peran apa yang diinginkan Prabowo dan jatah menteri apa yang diinginkan.

Luhut Binsar Pandjaitan enggan memberikan komentar saat ditanya Kompas.com di Istana Kepresidenan hari ini.

Namun sebelumnya, Luhut tidak menampik ada pembicaraan mengenai Pilpres 2019 saat bertemu Prabowo. Pertemuan juga dilakukan bukan dalam kapasitas sebagai "utusan Jokowi".

(Baca: Luhut Bilang Bertemu Prabowo Bukan sebagai Utusan Jokowi)

Luhut tidak mengungkapkan secara mendetail karena banyak hal yang dibahas, mulai hal ringan hingga persoalan kenegaraan.

"Kami bicara macam-macam yang lucu-lucu. Kami bicara yang penting, bagaimana negara ini baik," ujar Luhut, saat ditemui 8 April silam.

Luhut juga mengungkapkan bahwa dalam pertemuan itu, Prabowo mengaku menimbang dengan cermat sebelum memutuskan maju sebagai capres.

"Beliau masih menghitung dengan cermat, kapan mau melakukan deklarasi, biar aja, kalaupun beliau mau maju saya kira bagus," kata Luhut.

(Baca juga: Pertemuan Luhut-Prabowo Bahas Sawit, Indonesia 2030, dan Pilpres)

Gerindra bantah

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon membantah informasi yang disampaikan John McBeth. Menurut Fadli, pertemuan Prabowo dengan Luhut Pandjaitan merupakan pertemuan biasa yang membicarakan persoalan kelapa sawit.

"Karena kelapa sawit kita di-banned atau dipersulit di Eropa. Pak Prabowo, kan, punya kawan-kawan yang mempunyai lobi yang baik di Eropa," ujar Fadli Zon saat ditemui di Gedung DPR, Senin.

Fadli Zon tidak membantah jika ada pembicaraan Prabowo dengan Luhut terkait Pilpres 2019. Akan tetapi, Fadli membantah bahwa Prabowo memberikan persyaratan tertentu jika menjadi cawapres Jokowi.

"Pak Prabowo menyatakan maju kepada Pak Luhut. Jadi pembicaraan tentang itu (persyaratan jadi cawapres Jokowi), tentu saja tidak ada," ujar Fadli.

Hal senada disampaikan Wakil Sekjen Partai Gerindra Andre Rosiade. Andre menilai kabar yang menyebutkan Prabowo mengajukan persyaratan jika menjadi cawapres Jokowi sebagai berita bohong.

"Itu hoakslah," kata Andre saat dihubungi Kompas.com, Senin.

"Pertemuan biasa, kan sudah ada di berbagai media. Itu silaturahim, sahabat lama," ujar dia.

Kompas TV Sufmi Dasco menyatakan bahwa pertemuan Luhut- Prabowo hanyalah hal biasa yang kerapa dilakukan keduanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com