Meskipun patut dicermati, kesiapsediaan Prabowo menerima mandat partai belum dimengerti sebagai deklarasi untuk maju dalam Pilpres 2019.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyuono mengatakan, deklarasi membutuhkan sosok cawapres yang akan mendampingi Prabowo.
Selain bersama PKS, menurut Arief, ada partai lain yang akan bergabung yang ia sebut sebagai partai berwarna hijau.
Apakah itu PKB atau PPP? Arief tidak bersedia menyebutkan. Namun, jika dilihat peluangnya, PKB punya peluang besar untuk merapat ke kubu Prabowo.
Arief tidak membantah atau mengiyakan kemungkinan tersebut.
Ramalan intelijen politik
Ada analisis menarik soal pencapresan Prabowo. Pakar intelijen Marsekal Muda Purnawirawan Prayitno Ramelan mengungkapkan, ada kemungkinan Prabowo batal nyapres.
Prayitno adalah mantan prajurit TNI yang banyak menghabiskan kariernya di dunia intelijen TNI Angkatan Udara dan lingkungan Badan Intelijen Strategis (BAIS) ABRI.
Menurut Ramelan, Prabowo adalah orang intelijen. Ia pasti menghitung dengan cermat soal logistik dan kondisi politik dukungan kepadanya.
Analisis Prayitno, Prabowo justru berpeluang besar menjadi seorang patron dan memberikan mandatnya kepada juniornya sesama TNI.
Yang paling mungkin secara elektabilitas dan kemampuan penggalangan massa adalah Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
Lalu siapa pasangannya?
Prayitno menunjuk sosok Anies untuk mendampingi Gatot. Menurutnya, Anies memiliki massa pendukung.
Dua sosok ini, menurut Prayitno, layak untuk diajukan oleh Gerindra, PKS, partai lain yang bergabung dalam koalisi Gerindra.
Ia berpendapat, kontestasi Pilpres 2019 akan ditentukan oleh para pemilih muda, produktif, dan Islam.