"Kalau soal dari simulasi head to head, Gus Ipul melawan Khofifah, elektabilitas Gus Ipul terlihat menurun, dari 59,2 persen pada September 2017, menjadi 46,6 persen pada Januari-Februsri 2018," ungkapnya.
Sementara itu, elektabilitas Khofifah cenderung naik 13,5 persen dari 27,3 persen pada September 2017 menjadi 40,8 persen pada Januari-Februari 2018.
Qodari memprediksi akan terjadi dinamika politik yang sangat kompetitif yang berpotensi meningkatkan potensi pertarungan politik di tingkat akar rumput cenderung keras dan tajam.
"Untuk itu perlu upaya menahan diri dan manajemen konflik yang baik dari para calon, tim sukses, parpol pendukung, penyelenggara pemilu, tokoh masyarakat, dan para pemilih itu sendiri," katanya.
Baca juga : Indo Barometer: Isu Ekonomi Jadi Perhatian Dominan Masyarakat dalam Pilkada Jatim
Survei tersebut dilaksanakan di 38 kabupaten/kota di wilayah Jawa Timur sejak tanggal 29 Januari-4 Februari 2018. Jumlah responden sebanyak 800 orang dengan margin of error sebesar kurang lebih 3,46 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Metodologi yang digunakan adalah multistage random sampling. Teknik pengumpulan data, wawancara tatap muka dengan responden menggunakan kuesioner.
Dalam peta koalisi Pilkada Jawa Timur, Saifullah-Puti didukung koalisi PDI-P, PKB, Gerindra, dan PKS mendapat elektabilitas 44,0 persen. Sementara, Khofifah-Emil mendapat dukungan koalisi PPP, Golkar, Hanura, PAN, Nasdem, dan Demokrat.