Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Perawat soal Novanto yang Terkapar hingga Tepergok Berdiri Buang Air

Kompas.com - 02/04/2018, 17:05 WIB
Abba Gabrillin,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Perawat Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Indri Astuti, menceritakan kondisi Setya Novanto saat dirawat di rumah sakit pada 16 November 2017 lalu. Pada awalnya, Indri melihat Setya Novanto sedang terkapar dan tak berdaya.

Namun, belakangan Indri memergoki Setya Novanto yang saat itu masih menjabat Ketua DPR RI dalam kondisi yang segar.

Hal itu diceritakan Indri saat bersaksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Senin (2/4/2018). Dia bersaksi untuk terdakwa dokter Bimanesh Sutarjo.

"Awalnya, ada pasien yang dibawa menggunakan brankar. Kondisi pasien benar-benar ditutup rapat, hanya mukanya yang kelihatan," ujar Indri.

(Baca juga: Menurut Perawat RS, Fredrich Serahkan Rekam Medis Novanto dari Rumah Sakit Lain)

Menurut Indri, selama tiba di rumah sakit hingga dibawa ke ruang VIP 323, Setya Novanto terus memejamkan mata. Novanto seolah-olah dalam kondisi tidak sadar karena tidak dapat diajak berkomunikasi.

Namun, Indri tiba-tiba dikejutkan dengan kata-kata Novanto yang disampaikan mendadak dengan nada tinggi. Novanto meminta luka lecet di kepalanya diperban dan diberi obat merah.

Selanjutnya, pada malam hari, Indri hendak mengganti pakaian yang dikenakan Setya Novanto. Namun, Novanto menunjukkan sikap seolah tidak mengalami apa-apa.

Menurut Indri, Novanto dapat menikuti arahan yang diminta untuk memudahkan perawat mengganti pakaian.

"Saya ganti bajunya, tapi dia dengan posisi sigap, enggak ada lemes-lemesnya. Tapi matanya tetap merem. Sudah enggak marah-marah lagi dia," kata Indri.

(Baca juga: Perawat Pakai Jarum Infus Anak karena Setya Novanto Marah-marah)

Selanjutnya, menjelang pukul 06.00 pagi, Indri mendatangi kamar VIP 323 untuk mengukur tekanan darah Setya Novanto. Indri memergoki Novanto sedang berdiri tegak di samping tempat tidur.

Novanto ternyata sedang membuang air kecil.

Menurut Indri, awalnya Novanto tak menyadari keberadaan dirinya di dalam kamar. Namun, Novanto merasa kaget saat tiba-tiba Indri menawarkan bantuan.

"Saya bilang, Pak sini saya bantuin. Si Bapak itu kaget. Tapi, setelah itu dia merebahkan badan dengan susah payah kembali ke tempat tidur," kata Indri.

Kompas TV Terdakwa kasus korupsi proyek KTP elektronik, Setya Novanto, dituntut hukuman penjara 16 tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com