JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Dewan Pakar Golkar sekaligus Wakil Ketua MPR Mahyudin menyatakan, loyalitasnya terhadap Partai Golkar tak perlu dipertanyakan lagi.
Hal itu disampaikan Mahyudin menanggapi pernyataan Sekjen Golkar Lodewijk Freidrich Paulus yang mempertanyakan loyalitasnya lantaran dinilai enggan diganti dari posisinya di Wakil Ketua MPR.
"Jangan saya yang diserang. Kalau loyalitas saya kira enggak perlu dipertanyakan. Saya semua keluarga saya, istri saya, adek saya, orang tua saya, semuanya di Golkar," kata Mahyudin di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (21/3/2018).
(Baca juga: Menolak Diganti Dari Wakil Ketua MPR, Loyalitas Mahyudin Dipertanyakan)
Ia bahkan mengaku membangun karir politik di Golkar dari bawah yakni menjadi pengurus dari tingkat kecamatan, kabupaten dan kota, provinsi, pusat, hingga bisa mencapai posisi Wakil Ketua Dewan Pakar sekaligus Wakil Ketua MPR.
Mahyudin juga mengatakan saat kampanye di Pemilu 1999, dirinya bahkan sempat dilempari dan dikejar-kejar oleh masyarakat lantaran saat itu Golkar masih identik sebagai bagian dari Orde Baru.
"Pemilu 1999 waktu saya sama Pak Akbar (Tanjung) dikejar-kejar orang. Kami melewati itu. Yang sekarang enggak melewati (masa) itu ya. Jadi kami memang pejuang di Golkar. Jadi tidak ada alasan (mempertanyakan loyalitas)," lanjut dia.
(Baca juga: Mahyudin Enggan Disebut Membangkang soal Pergantian Pimpinan MPR)
Sebelumnya, Lodewijk justru menyinggung soal loyalitas Mahyudin ihwal pergantian Wakil Ketua MPR. Baginya, semua keputusan partai Golkar harus dipatuhi oleh kader Golkar.
"Gini loh. Kalau kita merasa kader partai, kita harus loyal pada keputusan partai, itu saja," ujarnya di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Selasa (20/3/2018).
"Ya kembali lagi. Kader partai bukan? Kalau partai sudah minta, beliau menolak, berarti, kembali lagi sebagai kader partai harus patuh," kata dia.