Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Eki Baihaki
Dosen

Doktor Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad); Dosen Pascasarjana Universitas Pasundan (Unpas). Ketua Citarum Institute; Pengurus ICMI Orwil Jawa Barat, Perhumas Bandung, ISKI Jabar, dan Aspikom Jabar.

Asketisme Politik, Belajar Hidup Sederhana untuk Politisi

Kompas.com - 14/02/2018, 11:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Mereka hanya mengandalkan kedekatan, idealisme, hubungan serta program populis. Namun, sepertinya realitas cerita semacam ini semakin jarang terdengar, meskipun ada beberapa yang sukses.

Saat ini adalah era kehidupan yang diwarnai iklim menguatnya materialisme dan hedonisme yang juga memengaruhi kehidupan umumnya para politisi kita.

Kita mudah mengetahui pola hidup para politisi yang bergelimang kemewahan, mobil mewah, rumah mewah, jam mewah, hingga pakaian modis nan mahal. Sehingga, gedung rakyat pun tak jarang menjadi semacam galeri untuk memamerkan kekayaan.

Teladan kesederhanaan

Adalah Prawoto Mangkoesasmito, profil politisi pejuang yang mendedikasikan hidupnya untuk kemajuan negara dan kesejahteraan rakyatnya. Prawoto tak pernah menjadikan politik sebagai alat mengeruk uang demi kepentingan pribadi maupun partai politik.

Prawoto pernah menjabat sebagai anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), Wakil Perdana Menteri di era Mr Assaat sebagai Perdana Menteri.

Beliau juga pernah menduduki anggota DPR dan Wakil Ketua I Konstituante. Ini kedudukan yang sesungguhnya dapat membuat seseorang dapat hidup layak dan nyaman.

Sebuah cerita tentang kesederhanaan Prawoto dituturkan oleh putrinya, Sri Sjamsiar, saat Prawoto dipanggil ke Istana oleh Presiden Soekarno.

Malam hari sebelum memenuhi panggilan, Prawoto meminta putrinya untuk menisik (menambal lubang) di kerah baju koko putih miliknya.

Keesokan harinya di Istana, para undangan lain mengenakan setelan jas, dasi dan bersepatu, tetapi Prawoto hanya mengenakan sarung, baju koko tua, peci, dan sandal kulit. Hal yang sulit terjadi saat ini.

Dulu di zaman perjuangan, banyak sosok-sosok politisi pejuang nyaris tidak pernah memikirkan materi untuk pribadi. Sederet pejabat justru berlomba-lomba memberikan kontribusi terbaiknya bagi bangsa.

Salah satunya adalah KH Saifuddin Zuhri, yang dikenal sebagai pejuang dan sempat diamanati sebagai Menteri Agama.

Saat berada di jabatan strategis ini, beliau diuji. Suatu kali, adik iparnya Mohammad Zainuddin Dahlan menghadap dan memohon untuk dihajikan dengan biaya dinas (abidin) dari Departemen Agama.

Meski sebenarnya lazim menghajikan orang yang potensial apalagi pejuang kemerdekaan, namun KH Saifuddin Zuhri menolak permintaan adiknya. "Karena, kamu adikku. Coba kamu orang lain, sudah lama aku hajikan," kata dia.

Jika banyak mantan menteri bergelut dalam bisnis yang prestise, justru Saifuddin memilih menjalani profesi sebagai pedagang beras di Glodok. Sehabis shalat dhuha, tanpa pengetahuan keluarganya, Saifuddin ke Pasar Glodok berdagang beras.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com