Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerindra Anggap Jokowi Gagal Wujudkan Janji Swasembada Pangan

Kompas.com - 15/01/2018, 09:26 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Komisi IV DPR Edhy Prabowo mempertanyakan langkah pemerintah mengimpor beras 500.000 ton dari Vietnam dan Thailand.

Edhy menilai, pemerintahan Jokowi-JK gagal mewujudkan swasembada pangan yang dijanjikan saat kampanye.

Ia mempertanyakan mengapa pemerintah tiba-tiba melakukan impor beras di saat kondisi pangan terbilang stabil.

Menteri Pertanian, kata dia, pernah bilang tidak akan melakukan impor beras setidaknya hingga pertengahan 2018 karena produksinya mencukupi.

Selain itu, pemerintah juga memiliki serapan beras 8.000-9.000 ton per hari. Bahkan, di beberapa daerah mengalami surplus beras.

"Impor beras adalah bentuk mengkhianati petani kita sendiri," kata Edhy Prabowo dalam keterangan tertulisnya, Senin (15/1/2018).

(Baca juga: Serikat Petani: Impor Beras Langgar UU Pangan)

Edhy mengatakan, beberapa waktu lalu, pemerintah berani tidak melakukan impor beras meski musim kemarau melanda.

Ia heran mengapa saat kondisi iklim sedang normal seperti sekarang ini, pemerintah malah melakukan impor beras besar-besaran.

"Ada apa di balik semua ini?" ujar Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini.

Edhy mengingatkan, pada 2015, pemerintah juga pernah melakukan impor beras. Namun, saat ini, anggaran yang dimiliki pemerintah untuk sektor pertanian jauh lebih besar daripada sebelumnya.

Seharusnya, menurutnya, dengan meningkatnya anggaran, pemerintah punya kemampuan menjaga ketersediaan pangan tanpa melakukan impor.

"Menurut saya, penambahan anggaran tidak mengubah hasil pencapaian karena masih melakukan impor beras," ujarnya.

Edhy menambahkan, selama ini, persoalan beras selalu ditangani Bulog. Namun, ia heran mengapa untuk persoalan impor kali ini tidak dipercayakan kepada Bulog dan malah menunjuk BUMN Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI).

(Baca juga: Kenapa Pemerintah Buka Keran Impor Beras?)

Padahal, dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 1 Tahun 2018, persoalan impor ini menjadi ranah Bulog.

"Apakah PPI memiliki infrastruktur yang lebih memadai daripada Bulog? Apakah PPI lebih mengerti persoalan beras daripada Bulog? Atau ada kepentingan lain di balik semua ini?" katanya.

Terakhir, Edhy juga mengingatkan bahwa pemerintahan Jokowi-JK saat kampanye dulu berjanji kembali mewujudkan swasembada pangan.

"Pak Jokowi bilang, 'Lahan sawah begitu luas, kok, beras masih impor?'," ujar Edhy menirukan kata-kata Jokowi semasa kampanye.

Namun, sudah tiga tahun lebih menjabat, Edhy menilai janji itu gagal diwujudkan, terbukti dengan langkah pemerintah melakukan impor beras. Padahal, anggaran yang dialokasikan untuk pertanian hampir dua kali lipat daripada pemerintahan sebelumnya.

"Kita berhak menagih janji mereka untuk mewujudkan swasembada pangan demi memakmurkan petani kita dan mewujudkan kedaulatan pangan," kata Edhy.

Kompas TV Ketua MPR Zulkifli Hasan ikut berpendapat mengenai rencana impor beras yang menuai kritikan luas di tengah masyarakat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Anies dan Sudirman Said Sama-sama Ingin Maju Pilkada DKI, Siapa yang Mengalah?

Anies dan Sudirman Said Sama-sama Ingin Maju Pilkada DKI, Siapa yang Mengalah?

Nasional
Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Nasional
Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Nasional
Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Nasional
Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis 'Mercy'

Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis "Mercy"

Nasional
26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

Nasional
Soal Perintah 'Tak Sejalan Silakan Mundur', SYL: Bukan soal Uang, tapi Program

Soal Perintah "Tak Sejalan Silakan Mundur", SYL: Bukan soal Uang, tapi Program

Nasional
Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Nasional
[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

Nasional
MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

MK Putus 207 Sengketa Pileg Hari Ini hingga Besok

Nasional
Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 24 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Nasional
Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com