Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Disebut Dorong Agenda Pemberantasan Korupsi ke Era Kegelapan

Kompas.com - 27/12/2017, 14:30 WIB
Moh. Nadlir

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo disebut mendorong agenda pemberantasan korupsi ke era kegelapan, lantaran janji-janji kampanyenya dalam hal pemberantasan korupsi belum juga dilunasi.

Padahal Jokowi terpilih, salah satunya, karena komitmennya terhadap pemberantasan korupsi dan tak punya beban masa lalu akan korupsi.

"Dalam 2-3 tahun kita temukan fakta sebaliknya. Jokowi justru mendorong agenda pemberantasan korupsi kita ke era kegelapan pemberantasan korupsi," kata Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Rabu (27/12/2017).

Bahkan Dahnil pun menyebut bahwa saat ini adalah era paling sulit dalam hal pemberantasan korupsi.

"Kalau ada situasi dan kondisi yang paling sulit bagi pemberantasan (korupsi) dan aktivitas pemberantasan korupsi, masuk di era sekarang," ucap dia.

(Baca juga : Hehamahua: Aparatur Negara Punya Mercy, Kemungkinannya Korupsi atau Warisan)

 

Karenanya tak heran, jika kemudian banyak masyarakat yang pesimistis akan upaya bersih-bersih koruptor di dalam negeri.

"Kepercayaan publik terhadap agenda pemberantasan korupsi dipenuhi sikap pesimistis. Karena ada desain besar yang dibuat untuk demorailasi agenda pemberantasan korupsi. Itu terlihat nyata," terang dia.

"Epicentrumnya pelemahan pemberantasan korupsi berasal dari kantor presiden sendiri. Itu kelihatan sekali. Mulai dari upaya kriminalisasi terhadap pimpinan KPK, aktivis antikorupsi dilaporkan ke Polisi," tambahnya.

(Baca juga : Diminta Pilih Modal Usaha atau Sepeda oleh Jokowi, Bapak Ini Bingung)

Danhil juga menyinggung upaya Panitia khusus hak angket terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dinilainya adalah salah satu upaya pelemahan terhadap lembaga anti-rasuah.

"Ini masif sekali yang tidak kita temukan di rezim yang lalu. Sama karakternya tapi tidak semasif sekarang. Sekarang ini, era pemerintahan Jokowi mengubur agenda pemberantasan korupsi," kata dia.

Termasuk serangan terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan. Di mana Jokowi dinilai tidak tegas karena enggan mendorong pembentukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kasus penyiraman air keras tersebut.

"Kasus novel adalah ujian pokok komitmen pemberantasan korupsi. Pelemahan KPK hari ini kita anggap sukses," ungkap Dahnil.

Kompas TV Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto akan menunjuk Ketua DPR yang bisa bekerja transparan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Tinggalkan KPK, Dirut Nonaktif PT Taspen Irit Bicara Sembari Bawa Sate

Nasional
Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com