Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heru Margianto
Managing Editor Kompas.com

Wartawan Kompas.com. Meminati isu-isu politik dan keberagaman. Penikmat bintang-bintang di langit malam. 

Siklus Natal dan Kelahiran Kita

Kompas.com - 24/12/2017, 20:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Siklus itu bergerak teratur dalam sebuah tertib hukum yang sedemikian rupa sehingga tidak ada kekacauan.

Begitu kagumnya Albert Einstein pada tata hukum semesta sampai-sampai ia berujar bahwa Tuhan tidak sedang bermain dadu. Yang ingin dikatakan Einstein adalah bahwa semesta ini bergerak dalam sebuah sistem padu yang menciptakan keteraturan.

Periodisasi waktu yang kita kenal saat ini sesungguhnya adalah adalah sebuah siklus berlapis. Siklus kecil dibungkus oleh siklus yang lebih besar.

Periodisasi waktu terkecil adalah detik. Periodisasi detik yang berulang dibungkus oleh menit, lalu jam, dan hari. Siklus hari merupakan periodisasi sederhana rotasi bumi.

Hari lalu dibungkus bulan. Bulan dibungkus tahun. Satu tahun dalam kalender Masehi adalah periodisasi waktu bagi Bumi mengelilingi Matahari. Oleh karena itu, sistem kalender Masehi disebut sebagai sistem kalender Matahari.

Berbeda dengan kalender Masehi, sistem penanggalan lain seperti Hijriyah mendasarkan penghitungan waktu pada periodisasi edar Bulan mengelilingi Bumi.

Lantas, apa yang membungkus siklus tahun? Kalender Masehi tidak memberi perhatian pada siklus yang lebih besar di luar Bumi mengelilingi Matahari.

Namun, itu bukan berarti siklus yang lebih besar dari revolusi Bumi tidak ada.

Periodisasi waktu yang dibuat oleh bangsa Babilonia di kisaran tahun 626 SM–539 SM mengidentifikasi siklus yang lebih besar yaitu konstelasi bintang yang mengitari Matahari.

Bangsa Babilonia mengamati konstelasi bintang-bintang yang dilewati Matahari pada satu periodisasi tetap di garis ekliptikanya atau garis edarnya.

Mereka membuat garis imajiner dan membagi konstelasi bintang-bintang itu menjadi 12 area yang kita kenal dengan zodiak: Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capriconus, Aquarius, dan pisces.

Jadi, ada 12 konstelasi bintang yang dilewati Matahari pada satu periode masa edarnya. Di sekeliling Matahari, ada siklus yang lebih besar.

Selanjutnya, adakah siklus yang lebih besar dari zodiak? Ilmu pengetahuan kita saat ini belum memberi perhatian pada siklus kosmologi yang lebih besar.

Dengan luas alam semesta yang tak terjangkau oleh ilmu pengetahuan saat ini, di luar konstelasi 12 zodiak semestinya juga ada siklus-siklus astronomi yang lebih besar.

Tradisi Hindu kuno mencatat sebuah siklus yang amat besar yang disebut yuga. Dalam kosmologi Hindu satu situs besar yang disebut mahayuga berlangsung selama 4,3 juta tahun kalender Masehi.

Satu siklus mahayuga tersebut terdiri dari empat zaman yaitu krtayuga, trtayuga, dwaparayuga, dan kaliyuga. Empat zaman itu juga kerap disebut sebagai zaman emas, perak, perunggu, dan besi.

Di Bumi

Tidak hanya benda-benda langit yang berada dalam sistem siklus. Bumi dan segala isinya yang bisa kita amati juga berada dalam sistem ini.

Tidakkah Anda tertarik merenungi tentang air yang notabene merupakan elemen terbesar tubuh manusia? Lebih dari 60 persen tubuh manusia adalah air. Tanpa air, manusia pasti mati.

Air adalah elemen penting dalam hidup manusia. Air adalah sumber kehidupan. Air menyuburkan tanah tempat tumbuh-tumbuhan hidup dan berkembang.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com