Internet merupakan sebuah penemuan besar dalam peradaban manusia sejak ditemukan dan dikembangkan oleh Robert Taylor pada 1960 hingga seperti sekarang ini. Kemudahan menggunakan akses dari "sini" ke "sana" menciptakan pola berkomunikasi berbeda. Asalkan sudah terkoneksi, kita bisa mencari apa pun di internet.
Indonesia punya istilah sendiri yaitu "Milenial Nusantara" yang dipopulerkan dalam buku Hasanuddin Ali dan Lilik Purwandidan. Dalam buku itu disebutkan bahwa generasi milenial tidak bisa terlepas dari internet dan hiburan, keduanya menjadi kebutuhan pokok bagi generasi ini.
Ia menjelaskan bahwa generasi milenial adalah seorang data scientist atau disebut pengelola data ilmiah. Hal itu karena creative, convidence, and connected menjadi ciri generasi tersebut.
Tantangan dan peluang milenial
Julukan milenial merupakan sebuah tantangan sekaligus peluang. Sebagai sebuah tindakan yang menantang di zaman modern, generasi milenial ditantang untuk mampu mengontrol diri dari tenggelam di internet.
Hidup di rimba teknologi perlu untuk bertahan hidup, menjadi ada saja tidak cukup, harus menjalani berbagai spekulasi di belantara informasi.
Keuntungan generasi milenial lebih pada pengelolaan data yang sudah ada untuk kemudian digunakan lebih baik. Smartphone, laptop, dan perangkat terhubung internet internet of thing (IoT) sebaiknya menjadi alat yang berguna untuk kepentingan pengelolaan data.
Secara mendasar suatu informasi baru akan diproses lebih dahulu untuk dipahami, entah selanjutnya akan ditolak atau diterima, informasi tetap penting. Menjadi lebih verifikatif juga akan sangat bermanfaat untuk menyaring masuknya informasi dari sosial media.
Generasi milenial sedang bertumbuh beriringan dengan melimpahnya produksi teknologi. Pendidikan teknologi sebaiknya dijadikan kurikulum wajib sejak dini, asalkan dengan pengawasan yang bagus dan penggunaan tidak berlebihan.
Muhamad Afifudin Alfarisi
Mahasiswa Graduate Institute of Philosophy
National Central University Taiwan
PPI Taiwan (ppidunia.org)