Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senjata Untuk BNNP Sempat Tertahan, Ini Penjelasan Budi Waseso

Kompas.com - 10/10/2017, 18:09 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komisaris Jenderal Budi Waseso mengatakan, kasus tertahannya pengiriman senjata dari BNN Pusat kepada BNN Provinsi Bengkulu karena masalah administrasi.

"Memang ada sedikit kesalahan administrasi oleh kita," kata Budi Waseso, saat ditemui usai jumpa pers pengungkapan kasus di kantor BNN, Cawang, Jakarta, Selasa (10/10/2017).

Pria dengan sapaan Buwas itu menyatakan, persoalan itu sekarang sudah selesai.

Ia menjelaskan, senjata yang tertahan itu dalam rangka kebijakan BNN untuk membagikan senjata kepada petugas BNN di seluruh wilayah Tanah Air. Sebab, petugas di wilayah punya keterbatasan senjata dalam rangka penegakan hukum kasus narkoba.

"Jumlah senjata kita belum memadai. Kemarin di Bengkulu itu bagian dari seluruh wilayah (yang dibagikan)," ujar Buwas.

(Baca juga: BNNP Bengkulu Terima Senpi yang Sempat Dikira Ilegal)

Buwas mengatakan, senjata yang dikirim ke BNNP Bengkulu bukan buatan dalam negeri. Senjata itu sengaja dibeli dari luar negeri karena tidak tersedianya spesifikasi yang dibutuhkan BNN.

"Karena kaliber itu tidak dibuat di dalam negeri. Kaliber yang digunakan BNN di luar standar TNI dan Polri, kita enggak boleh (sama). Karenanya kita beli dari negara yang memenuhi standar," ujar Buwas.

Sebelumnya, kesalahpahaman terjadi dalam pengiriman senjata api serta amunisinya dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Pusat ke Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Bengkulu pada Rabu (4/10/2017) kemarin.

BNN, TNI dan Polri pun berupaya menyelesaikan persoalan tersebut.

Kepala Bagian Humas BNN, Sulistyan Driatmoko menjelaskan, BNN awalnya ingin mengirimkan sejumlah pucuk senjata organik beserta amunisi dan perlengkapannya hasil pengadaan tahun 2016 lalu, ke BNNP Bengkulu, Rabu siang.

"Senjata-senjata itu dibawa oleh anggota BNN. Dokumen senjata itu juga lengkap di anggota kami yang mengawal pengiriman senjata," ujar Sulistyan saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (5/10/2017).

(Baca: Dikira Ilegal, Pengiriman Senjata ke BNNP Bengkulu Jadi Persoalan)

Saat hendak dimasukkan ke bagasi, pihak kargo maskapai penerbangan Garuda Airlines Bandara Soekarno Hatta menyarankan senjata-senjata tersebut dikirimkan melalui kargo. Petugas BNN pun mengikuti saran tersebut.

Rupanya, pesawat kargo yang sudah terisi muatan senjata BNN terbang mendahului pesawat yang ditumpangi personel BNN. Saat pesawat kargo itu sampai di Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu, petugas kargo setempat mengetahui salah satu muatan pesawat adalah senjata.

Karena tak ada pemberitahuan, petugas kargo mengira senjata-senjata tersebut ilegal.

Mendapat informasi demikian, Korem setempat kemudian berkoordinasi dengan forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda) untuk bersama-sama mengecek muatan pesawat kargo tersebut.

Benar saja, didapati lima pucuk senjata jenis Saiga-12CEXP-01 kaliber 18,3 mm buatan Rusia, sebanyak 21 handgun jenis CZ P-07 (softgun) kaliber 22 mm, sarung pistol sebanyak 42 buah, rompi anti peluru sebanyak 21 buah dan sejumlah amunisi.

"Di tengah proses pengecekan itu, petugas BNN yang membawa dokumen resmi senjata baru tiba tiga jam kemudian. Anggota kami menjelaskan bahwa senjata-senjata ini resmi dikirimkan dari BNN ke BNNP," ujar Sulistyan.

Namun, demi memastikan bahwa senjata itu benar-benar jernih sekaligus mencegah berita bohong, petugas BNN tetap mempersilakan TNI-Polri Bengkulu untuk memeriksanya.

Kompas TV Petugas Gabungan Periksa Senjata di Bandara Soekarno Hatta
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com