Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Yorrys Telah Dicopot dari Pengurus Golkar, Nusron Akan Protes

Kompas.com - 06/10/2017, 13:06 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu Indonesia Wilayah Jawa, Sumatera DPP Partai Golkar, Nusron Wahid, mengaku belum ada pemberitahuan mengenai pencopotan Yorrys Raweyai dari posisi Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan DPP Partai Golkar.

Jika hal tersebut benar, maka Nusron memastikan dirinya akan memprotes keputusan itu.

"Kalau Pak Yorrys dipecat (sebagai Korbid Polhukam), kalau saya sudah melihat, saya akan protes," ujar Nusron di sela rapat internal partai di Hotel The Sultan, Jakarta, Kamis (5/10/2017) malam.

Ia menambahkan, restrukturisasi pengurus harus melalui rapat pleno sebagai forum pengambilan keputusan tertinggi partai. Hal itu tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai (AD/ART) Partai Golkar.

Adapun pleno pencopotan Yorrys sebagai pengurus partai, menurut dia, belum pernah dilakukan.

(Baca juga: Golkar Copot Yorrys Raweyai sebagai Korbid Polhukam)

Restrukturisasi, kata dia, tak bisa hanya dilakukan berdasarkan keputusan ketua umum atau sekretaris jenderal saja.

"Di Golkar itu tidak mengenal mandataris munas. Jadi kolektif kolegial," ujar Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) itu.

Sekretaris Jenderal Partai Golkar, Idrus Marham, sebelumnya menyampaikan bahwa Ketua Umum Setya Novanto menyiapkan langkah untuk merevitalisasi atau merestrukturisasi susunan pengurus partai.

Menurut dia, revitalisasi kepengurusan merupakan salah satu keputusan penting pada Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar di Balikpapan beberapa waktu lalu. Rapimnas itu, kata dia, memberikan mandat kepada ketua umum untuk menjalankannya.

Adapun informasi pencopotan Yorrys mengemuka beberapa waktu lalu. Yorrys dinilai vokal menyuarakan kondisi partai. Ia juga lantang mengkritik kepemimpinan Novanto yang sempat ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi e-KTP.

(Baca: Golkar Copot Yorrys Raweyai sebagai Korbid Polhukam)

Yorrys kemudian menjadi Ketua Tim Kajian Elektabilitas Partai Golkar. Tim itu menyarankan agar Golkar segera menunjuk Plt pengganti Novanto. Sebab, elektabilitas Golkar terjun bebas sejak Novanto menjadi tersangka.

Sedianya, tindak lanjut hasil rekomendasi tersebut adalah dilaksanakan rapat pleno untuk mendengar jawaban Novanto.

Namun, rapat pleno soal penonaktifan Novanto tak kunjung dilakukan bahkan ditunda hingga waktu yang belum ditentukan pascaKetua DPR RI itu memenangkan praperadilan.

Kompas TV Dari analisis internal Golkar, terjadi penurunan elektabilitas karena status tersangka Setnov.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

Nasional
Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Nasional
Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

Nasional
Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

Nasional
KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

Nasional
Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

Nasional
Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

Nasional
Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com