Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tentang Petani, di Dalam dan Luar Istana Presiden...

Kompas.com - 13/09/2017, 08:45 WIB
Ihsanuddin

Penulis

Soal Kendeng

Protes petani Kendeng yang digelar di depan Istana Kepresidenan sebenarnya sudah dimulai sejak tahun lalu, tepatnya 12 April 2016.

Para petani memprotes pembangunan dan aktivitas pabrik PT Semen Indonesia di wilayah Kendeng, yang dianggap bisa merusak lingkungan dan mematikan mata pencaharian mereka.

Aksi mereka menarik perhatian karena dilakukan dengan mengecor kaki. Ini bermakna bahwa para petani terbelenggu dengan pembangunan pabrik semen.

Namun, aksi itu berubah menjadi tragedi dengan meninggalnya seorang petani bernama Patmi, yang ikut dalam aksi mengecor kaki.

(Baca: Wafatnya Patmi dan Solidaritas Perjuangan untuk Para Petani Kendeng)

Pada 2 Agustus 2016, Presiden Joko Widodo menemui sembilan petani tersebut. Kepada mereka, Presiden berjanji segera memerintahkan jajarannya untuk melakukan kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) terkait dampak pembangunan pabrik semen pada wilayah Kendeng.

Selama KLHS dilakukan, Jokowi berjanji operasi yang dilakukan PT Semen Indonesia dihentikan. Selain itu, pada 5 Oktober 2016 Mahkamah Agung juga mengabulkan tuntutan petani Kendeng agar membatalkan izin operasi PT Semen Indonesia.

Namun, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo justru menerbitkan izin lingkungan baru bagi PT Semen Indonesia. Petani Kendeng pun kembali melakukan aksi unjuk rasa di Istana.

Mereka meminta Jokowi menepati janjinya dengan mencabut izin yang diterbitkan Ganjar. Namun, tuntutan itu ditolak oleh Jokowi.

(Baca juga: Petani Kendeng Terbelenggu Janji Jokowi...)

Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki mengaku sudah menyampaikan tuntutan para petani tersebut kepada Presiden. Namun, Presiden tidak mau mencabut izin yang diterbitkan Ganjar tersebut karena merupakan wewenang pemerintah daerah.

"Itukan memang pemda punya kewenangan buat (menerbitkan) izin itu, tidak semua dari Presiden," kata Teten di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (21/3/2017) lalu.

Hingga saat ini, KLHS tahap II yang dilakukan pemerintah masih belum juga rampung. PT Semen Indonesia masih beroperasi. Petani Kendeng masih menuntut janji Jokowi dari sebrang Istana.

(Baca juga: KLHS Kendeng Rampung, tetapi Belum Bisa Umumkan)

Kompas TV Warga Karawang ikut aksi solidaritas perjuangan petani kendeng yang menolak pabrik semen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com