Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ren Muhammad

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Olah Rasa Bangsa

Kompas.com - 01/09/2017, 15:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLaksono Hari Wiwoho

SEPAK bola dan ulama Indonesia, ibarat mata kiri dan kanan. Jika di Inggris ada MU, maka di sini ada NU!

Sayangnya, NU yang kita punya kini digerus oleh segelintir kalangan, semacam Saracen. Kita belum punya klub sekelas MU. Bahkan Timnas U-22 baru saja porak-poranda di Malaysia.

NU itu ibarat timnas, jamiyah. Adapun nahdliyinnya, jemaahnya, ya kita: para pendukungnya.

Entah harus berapa kali lagi kita gigit jari, melihat nasib olahraga yang kian menggemaskan. Praktis hanya bulu tangkis yang sanggup bicara di kancah dunia. Kendati torehan medalinya tak sanggup mendogkrak klasemen Indonesia di SEA Games 2017, pada urutan kelima.

Kita menutup kiprah dalam pesta olahraga se-Asia Tenggara tersebut dengan meraih koleksi 38 medali emas, 63 medali perak, dan 90 medali perunggu. Prestasi terburuk kita dalam ajang ini terjadi pada 2009 silam dengan menduduki peringkat ketiga. Ada apa dengan Indonesia?

Negara kepulauan terbesar ini bahkan tak sanggup melewati Singapura dan Vietnam. Tak apalah Malaysia juara, toh mereka tuan rumah. Namun, kalah dari Singapura yang luas negaranya tak jauh beda dengan Jakarta, itu jelas mengundang pertanyaan.

Menilik fakta tersebut, kita bisa menjadikannya sebagai tolok ukur kemajuan negara tercinta.

Bangsa yang kuat, jelas ditopang kesehatan jiwa raganya. Senada dengan salah sebuah lirik lagu kebangsaan yang sering kita kumandangkan, "Bangunlah jiwanya bangunlah badannya."

Lalu kenapa bangsa kita terpuruk di tingkat mancanegara? Salah Presiden kah? Apa salah Menpora?

Jika kita memang mengaku sebangsa, tanah, air, dan udara, tak elok rasanya jika kegagalan kita timpakan pada satu-dua orang saja.

Indonesia ini milik kita, bukan milik Presiden, apalagi Menpora. Kita bertanggung jawab penuh atas keberlangsungan negeri ini untuk kemudian hari.

Kegagalan kita berkompetisi olahraga tak perlu terlalu disesali. Mungkin inilah pelajaran berarti dari Tuhan untuk kita di Indonesia, ketika Idul Kurban tiba.

Jika selama ini kita sibuk pada urusan sendiri, kali ini Tuhan mengajak kita menanggung rasa bersama.

Kekalahan timnas tentu membekas kecewa. Tak satu-dua orang berkabung karenanya. Para Bonek dan Aremania yang tak henti beradu tegang pun, larut dalam nestapa kala pesepak bola pilihan Luis Milla harus berpuas diri menghaturkan medali perunggu untuk Indonesia.

Sepak bola, sebagaimana juga kebangsaan yang diyakini Ben Anderson sebagai "masyarakat imajinasi," telah sangat berhasil membangun tatanan baru dalam kehidupan manusia modern.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com