Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Siap Jadi Anggota Satgas Antipencucian Uang Internasional

Kompas.com - 29/08/2017, 21:13 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto menuturkan bahwa Indonesia siap untuk menjadi anggota Financial Action Task Force atau FATF.

FATF merupakan badan atau satuan tugas internasional yang bergerak dalam hal pencegahan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme.

Namun, untuk menjadi anggota FATF, Indonesia harus melalui penilaian mutual evaluation review (MER) oleh Asia Pasific Group on Money Laundring (APG), salah satu organisasi regional FATF.

"Kita menghadapi isu tunggal bagaimana Indonesia mempersiapkan diri untuk menghadapi kedatangan dari tim APG yang nanti akan melakukan satu suatu kegiatan yang menyangkut mutual evaluation review," ujar Wiranto saat memberikan keterangan usai memimpin rapat koordinasi di kantor PPATK, Jakarta Pusat, Selasa (29/8/2017).

"Jadi mereka akan menjajaki Indonesia dengan persyaratan-persyaratan yang sudah ditentukan untuk kita nantinya kalau memang sudah lolos MER itu maka kita akan lebih leluasa untuk masuk menjadi anggota FATF," kata dia.

(Baca juga: PPATK Apresiasi Indonesia Keluar dari Daftar Hitam FATF)

Menurut Wiranto, pemerintah sudah mempunyai banyak data yang dihimpun. Data itu termasuk sejumlah masalah yang harus diselesaikan.

"Hambatan di internal, untuk menghadapi assessment yang nanti dilakukan," kata dia.

Wiranto menuturkan, tim penilai APG akan datang ke Indonesia pada November 2017. Kemudian hasil penilaian akan ditetapkan pada APG Plenary di Nepal, Mei 2018.

Seluruh pemangku kepentingan, yakni 16 kementerian/lembaga yang merupakan anggota Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (Komite TPPU), telah menyiapkan kebijakan dan aturan sesuai rekomendasi FATF.

"PPATK sudah mempunyai progress report yang lengkap dari pemeriksaan internal tentang apa yang sudah kita miliki dan belum kita miliki. Bahkan kita sudah melakukan satu work-up dengan Australia yang merupakan partner kita," tutur mantan Panglima ABRI itu.

Wiranto menjelaskan, jika penilaian APG hasilnya kurang baik, maka Indonesia terancam masuk ke dalam daftar negara-negara yang tidak patuh pada FATF Public Statements.

Akibatnya, kata Wiranto, kredibilitas Indonesia dalam melakukan transaksi bisnis internasional akan terganggu. Selain itu, Indonesia akan disejajarkan dengan negara-negara dunia ketiga dan dinilai tidak memiliki regulasi antipencucian uang yang memadai.

"Maka dalam rapat koordinasi ini kita hanya membulatkan bahwa tugas ini sangat penting. Kita tiga kali mendapat posisi yang tidak menguntungkan dalam posisi anggota FATF itu," ucap Wiranto.

(Baca juga: Bahas Keanggotaan Indonesia di FATF, Wiranto Rapat Bersama 13 Menteri)

Pada kesempatan yang sama, Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Kiagus Ahmad Badaruddin menyampaikan bahwa pihaknya telah bekerja sama dengan seluruh kementerian untuk mempersiapkan penilaian MER.

"Kami telah melakukan upaya optimal, tapi masih perlu dilakukan kerja keras lagi agar hasilnya nanti memuaskan," kata Kiagus.

Dalam rapat tersebut hadir Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Sekretaris Jendeal Kementerian Keuangan Hadianto.

Kompas TV Tersangka TPPU Huni Lapas Mewah di LP Cipinang
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pakar Pertanyakan KPK yang Belum Tahan Bupati Mimika Meski Kasasi Sudah Diputus

Pakar Pertanyakan KPK yang Belum Tahan Bupati Mimika Meski Kasasi Sudah Diputus

Nasional
5 Catatan PDI-P terhadap RUU Kementerian, Harus Perhatikan Efektivitas dan Efisiensi

5 Catatan PDI-P terhadap RUU Kementerian, Harus Perhatikan Efektivitas dan Efisiensi

Nasional
Analis: TNI AL Butuh Kapal Selam Interim karena Tingkat Kesiapan Tempur Tak Dapat Diandalkan

Analis: TNI AL Butuh Kapal Selam Interim karena Tingkat Kesiapan Tempur Tak Dapat Diandalkan

Nasional
Mulai Rangkaian Rakernas dengan Nyalakan Api dari Mrapen, PDI-P: Semoga Kegelapan Demokrasi Bisa Teratasi

Mulai Rangkaian Rakernas dengan Nyalakan Api dari Mrapen, PDI-P: Semoga Kegelapan Demokrasi Bisa Teratasi

Nasional
Pertamina Patra Niaga Jamin Ketersediaan Avtur untuk Penerbangan Haji 2024

Pertamina Patra Niaga Jamin Ketersediaan Avtur untuk Penerbangan Haji 2024

Nasional
BNPT Paparkan 6 Tantangan Penanganan Terorisme untuk Pemerintahan Prabowo-Gibran

BNPT Paparkan 6 Tantangan Penanganan Terorisme untuk Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Komisi X DPR Sepakat Bentuk Panja Pembiayaan Pendidikan Buntut Kenaikan UKT

Komisi X DPR Sepakat Bentuk Panja Pembiayaan Pendidikan Buntut Kenaikan UKT

Nasional
Pimpinan Baru LPSK Janji Tingkatkan Kualitas Perlindungan Saksi dan Korban Tindak Pidana

Pimpinan Baru LPSK Janji Tingkatkan Kualitas Perlindungan Saksi dan Korban Tindak Pidana

Nasional
Soroti RUU MK yang Dibahas Diam-diam, PDI-P: Inilah Sisi Gelap Kekuasaan

Soroti RUU MK yang Dibahas Diam-diam, PDI-P: Inilah Sisi Gelap Kekuasaan

Nasional
Jemaah Haji Asal Makassar yang Sempat Gagal Terbang Karena Mesin Pesawat Garuda Terbakar Sudah Tiba di Madinah

Jemaah Haji Asal Makassar yang Sempat Gagal Terbang Karena Mesin Pesawat Garuda Terbakar Sudah Tiba di Madinah

Nasional
DPR dan Pemerintah Didesak Libatkan Masyarakat Bahas RUU Penyiaran

DPR dan Pemerintah Didesak Libatkan Masyarakat Bahas RUU Penyiaran

Nasional
Optimalkan Penanganan Bencana, Mensos Risma Uji Coba Jaringan RAPI

Optimalkan Penanganan Bencana, Mensos Risma Uji Coba Jaringan RAPI

Nasional
Komplit 5 Unit, Pesawat Super Hercules Terakhir Pesanan Indonesia Tiba di Halim

Komplit 5 Unit, Pesawat Super Hercules Terakhir Pesanan Indonesia Tiba di Halim

Nasional
TNI Gelar Simulasi Penerapan Hukum dalam Operasi Militer Selain Perang

TNI Gelar Simulasi Penerapan Hukum dalam Operasi Militer Selain Perang

Nasional
Jokowi Ingin Bansos Beras Lanjut hingga Desember, PDI-P: Cawe-cawe untuk Pilkada

Jokowi Ingin Bansos Beras Lanjut hingga Desember, PDI-P: Cawe-cawe untuk Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com