Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alissa Wahid: Negara Sukses Berantas Terorisme, tapi Abaikan Intoleransi

Kompas.com - 29/08/2017, 11:04 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Jaringan Gusdurian Alissa Wahid menganggap, ada dua jenis kekerasan beragama di Indonesia.

Pertama, yakni aksi terorisme yang mengatasnamakan agama tertentu. Polri dinilainya berhasil memberantas teroris hingga ke sel terkecil.

Saat ini, tak ada jaringan teroris yang kuat mengakar.

Namun, negara dianggap mengabaikan pemberantasan kekerasan agama yang kedua, yakni intolerasi beragama.

"Yang terorisme sifatnya sporadis, intoleransi sifatnya sehari-hari. Ini rentan timbulkan situasi seperti demo-demo atas nama agama," ujar Alissa dalam diskusi di Jakarta, Selasa (29/8/2017).

Koordinator jaringan Gusdurian, Alissa Wahid diselacara Halaqah atau Kajian bertajuk Menyelamatkan Pesantren dan Nahdliyyah dari Jebakan Korupsi di Pondok Pesantren Edi Mancoro, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Senin (28/3/2016). Kompas.com/ Syahrul Munir Koordinator jaringan Gusdurian, Alissa Wahid diselacara Halaqah atau Kajian bertajuk Menyelamatkan Pesantren dan Nahdliyyah dari Jebakan Korupsi di Pondok Pesantren Edi Mancoro, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Senin (28/3/2016).
Alissa mengatakan, intoleransi beragama merupakan dampak ekslusivisme agama.

Artinya, agama mayoritas menganggap kelompoknya lebih berkuasa dibandingkan kelompok agama minoritas.

(baca: Polri: Intoleransi adalah Cikal Bakal Terorisme)

Hal tersebut pernah terjadi di Jerman oleh Nazi.

"Menjadi lebih berat ketika eksklusivisme itu agama karena pakai nama Tuhan. Dia sudah berkuasa, ditambah punya kebenaran," kata Alissa.

Alissa mencontohkan, dampaknya mulai terjadi dengan adanya penolakan pembangunan tempat ibadah, diskriminasi kelompok aliran kepercayaan tertentu, hingga pembubaran kegiatan keagamaan kelompok minoritas.

(baca: Mendikbud Berupaya Tekan Praktik Intoleransi di Sekolah)

Menurut dia, kesenjangan kelompok mayoritas dan minoritas baru terjadi dalam beberapa tahun belakangan.

Setiap tahunnya, isu diskriminasi dan intoleransi beragama dihembuskan semakin kuat.

Alissa menyayangkan tindakan polisi yang kurang responsif untuk melindungi masyarakat yang masuk ke dalam kelompok minoritas itu.

"Konflik sosial, pembakaran rumah ibadah, konflik atas nama agama, sekarang baru ribut-ribut. Selama ini proses ini dibiarkan," kata Alissa.

(baca: Kapolri Instruksikan Polisi Tangkap Pelaku "Sweeping" Atribut Keagamaan)

Alissa memberi contoh, kelompok tertentu melarang umat Islam mengucapkan selamat hari raya Natal bagi umat kristen.

Intensitasnya semakin kencang dati tahun ke tahun. Bahkan, mulai muncul resistensi dalam penggunaan atribut Natal.

"Sweeping saat Natal, polisi sempat kecolongan di Bekasi, di Surabaya. Saya lihat banyak sweeping sudah banyak skali. Lalu Kapolri sampaikan tegas, tidak boleh sweeping," kata Alissa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com