Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mimin Dwi Hartono
Staf Senior Komnas HAM

Staf senior Komnas HAM yang saat ini bertugas sebagai Plt Kepala Bagian Penyuluhan dan Kasubag Teknologi Informasi Komnas HAM. Pada 2006-2015, bertugas sebagai pemantau/penyelidik Komnas HAM. Hobi menulis, membaca, dan camping.

Menyoal Indeks Kebahagiaan Orang Indonesia Setelah 72 Tahun Merdeka

Kompas.com - 22/08/2017, 20:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

HARI Kemerdekaan Ke-72 Republik Indonesia dirayakan oleh segenap komponen bangsa, baik di desa dan kota. Di Istana Negara, Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla beserta tamu undangan, merayakannya dengan mamakai pakaian adat berbagai daerah.

Senyum bangga dan rasa percaya diri terpancar dari raut muka Presiden Jokowi. Presiden Jokowi juga telah menyampaikan Pidato Kenegaraan pada 16 Agustus di hadapan anggota MPR/DPR/DPD.

Ia menyampaikan capaian dan hasil pembangunan selama setahun ke belakang, dan rencana pembangunan beserta Rancangan APBN setahun ke depan. Semua itu dilakukan untuk dan atas nama pembangunan, agar rakyat lebih bahagia dalam menikmati proses dan hasil pembangunan.

Namun, apakah pembangunan selama 72 tahun telah memberikan kebahagiaan bagi rakyat, secara personal dan kolektif sebagai bangsa?

Baca juga: Istana Anggap Kehadiran SBY Bikin Perayaan HUT RI Jadi Berbeda

Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama beberapa tahun ini berkisar pada angka 5 persen. Angka ini termasuk tinggi untuk ukuran negara di Asia dan Pasifik. Namun, apakah pertumbuhan ekonomi itu merefleksikan pembangunan yang mampu membahagiakan rakyat?

Jika dilihat dari aspek ekonomi, Indeks Gini yang mengukur kesenjangan ekonomi Indonesia saat ini berkisar pada angka 0,40 (Sumber: Investment Indonesia). Artinya, ada kesenjangan ekonomi yang serius.

Menurut Bank Dunia (2015), 80 persen kekayaan ekonomi nasional dikuasai oleh 20 persen kelompok orang kaya.

Ekonom peraih Nobel Bidang Ekonomi Amartya Sen pernah berujar, bahwa kebahagiaan seseorang tidak hanya diukur secara material dengan angka-angka pertumbuhan ekonomi semata. Memakai kaca mata ekonomi untuk mengukur pembangunan, adalah sebuah kesalahan dan salah arah.

Menurut Sen, yang saat ini mengajar di Harvard University, kebahagiaan seseorang diukur dari sejauh mana ia memiliki kebebasan atas apa yang diinginkan (freedom from want). Ia mengenalkan konsep Capability Approach (Pendekatan Kapabilitas) dalam mengukur kebahagiaan seseorang.

Pada prinsipnya, Capability Approach melihat pada sejauh mana kemampuan seseorang dalam mencapai apa yang ia inginkan. Ia memakai beberapa indikator, di antaranya yaitu pendidikan, kesehatan, rasa aman, dan spiritualitas.

Semakin baik kesehatan dan tingkat pendidikan seseorang, dan leluasa dalam mempraktekkan laku spiritualnya (agama maupun keyakinan) dan merasa aman (secure), maka akan semakin baik tingkat kebahagiaan seseorang.

Terkait dengan ukuran kebahagiaan, survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2017 menunjukkan bahwa Indeks Kebahagian masyarakat Indonesia mencapai angka 70,69 dalam skala 0-100.

Pada 2014, Indeks Kebahagiaan masyarakat Indonesia adalah 68,28. Dengan demikian, ada peningkatan Indeks Kebahagian secara cukup signifikan dalam rentang waktu 2014-2017.

Indeks Kebahagian itu diukur dengan memakai tiga dimensi, yaitu kepuasan hidup, perasaan, dan makna hidup.

Berdasarkan survei itu, indeks kepuasan hidup mencapai skor tertinggi, yaitu 80,05. Sedangkan keterampilan dan pendidikan berada dalam skor terendah yaitu 59,57.

Indeks Kebahagian orang kota ternyata lebih tinggi dari orang desa, yaitu 71,64 berbanding 69,57. Laki-laki juga lebih bahagia daripada wanita, yaitu 71,12 berbanding 70,30.

Dari sisi usia, orang dengan usia di bawah 24 tahun mempunyai skor yang tertinggi dibandingkan kelompok usia yang lain, yaitu 71,13, dan usia 40-64 dengan skor 70,69.

Dari aspek wilayah, ternyata penduduk di Maluku Utara mempunyai skor Indeks Kebahagian yang tertinggi yaitu 75,68. Artinya, lebih tinggi dari rata-rata nasional yaitu 70,69 dan Jakarta yaitu 71,33. Indeks Kebahagiaan terrendah adalah Papua, yaitu 67,52.

Tingginya Indeks Kebahagiaan di Maluku Utara dan Maluku, karena ditopang oleh adanya hubungan sosial yang baik dan harmonis. Rasa kebersamaan dan toleransi yang tinggi di kedua wilayah itu telah berdampak pada perasaan bahagia penduduknya.

Dari kacamata Amartya Sen, masyarakat Maluku Utara dan Maluku secara kolektif merasakan dan menikmati rasa aman di lingkungannya, saling menjaga dan peduli satu dengan yang lain.
Sedangkan secara individual, Indeks Kebahagian orang Jakarta dari sisi kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan lebih baik. Namun, secara kolektif, lebih rendah.

Dari survei tersebut, secara umum menurut BPS, kebahagiaan orang Indonesia meningkat. Namun, ada catatan khusus bahwa indeks kebahagiaan dari sisi pendidikan dan keterampilan, sebagai salah satu ukuran kebahagiaan dan kemampuan seseorang mencapai apa yang diinginkan, masih sangat rendah yaitu 59,90.

Di samping itu, kesenjangan pendidikan dan keterampilan sangat tajam, misalnya antara Jakarta dan Papua.

Baca juga: Lomba Unik Peringati HUT RI, Balap Karung Pakai Helm "Full Face"

Dengan demikian, dari survei BPS, masyarakat Indonesia lebih bahagia. Akan tetapi, indikator penting yaitu pendidikan dan keterampilan, masih harus ditingkatkan dan dilakukan pemerataan.

Hal ini agar orang Indonesia mampu memiliki daya saing secara personal dan wilayah, sehingga pada akhirnya memiliki kemampuan (capability) untuk mencapai apa yang kebahagiaan diinginkan (freedom from want).

Demikian pula dengan aspek keamanan dan kenyamanan secara kolektif, pemerintah harus memperbaikinya, dengan mendorong dan mempromosikan perilaku yang toleran, tepa salira, dan menghargai setiap perbedaan sebagai kekuatan dan kekayaan bangsa serta menghormati hak asasi manusia.

Dengan demikian, kebahagiaan sebagai salah satu ukuran keberhasilan pembangunan dan penikmatan hak asasi manusia, akan lebih tercapai dan dirasakan segenap lapisan masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Tahan 3 Tersangka Dugaan Korupsi Penggelembungan Harga Lahan Tebu PTPN XI

KPK Tahan 3 Tersangka Dugaan Korupsi Penggelembungan Harga Lahan Tebu PTPN XI

Nasional
Selain Khofifah, PDI-P Buka Opsi Usung Kader Sendiri di Pilkada Jatim

Selain Khofifah, PDI-P Buka Opsi Usung Kader Sendiri di Pilkada Jatim

Nasional
DPR dan Pemerintah Diam-diam Rapat Pleno, Revisi UU MK Tinggal Dibawa Ke Paripurna

DPR dan Pemerintah Diam-diam Rapat Pleno, Revisi UU MK Tinggal Dibawa Ke Paripurna

Nasional
Ungkap Sulitnya Jaga Harga Beras, Jokowi: Bikin Ibu-ibu dan Petani Senang Tidak Mudah

Ungkap Sulitnya Jaga Harga Beras, Jokowi: Bikin Ibu-ibu dan Petani Senang Tidak Mudah

Nasional
Program 'DD Farm' Bantu Hidup Meltriadi, dari Mustahik Jadi Peternak

Program "DD Farm" Bantu Hidup Meltriadi, dari Mustahik Jadi Peternak

Nasional
Formappi Soroti Kinerja DPR, Baru Sahkan UU DKJ dari 47 RUU Prioritas di 2024

Formappi Soroti Kinerja DPR, Baru Sahkan UU DKJ dari 47 RUU Prioritas di 2024

Nasional
Penayangan Ekslusif Jurnalistik Investigasi Dilarang dalam Draf RUU Penyiaran

Penayangan Ekslusif Jurnalistik Investigasi Dilarang dalam Draf RUU Penyiaran

Nasional
Jokowi Resmikan 22 Ruas Jalan Daerah di Sultra, Gelontorkan Anggaran Rp 631 Miliar

Jokowi Resmikan 22 Ruas Jalan Daerah di Sultra, Gelontorkan Anggaran Rp 631 Miliar

Nasional
Gerindra: Jangan Harap Kekuasaan Prabowo Jadi Bunker Buat Mereka yang Mau Berbuat Buruk

Gerindra: Jangan Harap Kekuasaan Prabowo Jadi Bunker Buat Mereka yang Mau Berbuat Buruk

Nasional
Ogah Jawab Wartawan Soal Kasus TPPU, Windy Idol: Nyanyi Saja Boleh Enggak?

Ogah Jawab Wartawan Soal Kasus TPPU, Windy Idol: Nyanyi Saja Boleh Enggak?

Nasional
Prabowo Janji Rekam Jejak di Militer Tak Jadi Hambatan saat Memerintah

Prabowo Janji Rekam Jejak di Militer Tak Jadi Hambatan saat Memerintah

Nasional
Laksma TNI Effendy Maruapey Dilantik Jadi Direktur Penindakan Jampidmil Kejagung

Laksma TNI Effendy Maruapey Dilantik Jadi Direktur Penindakan Jampidmil Kejagung

Nasional
Prabowo Klaim Bakal Tepati Janji Kampanye dan Tak Risau Dikritik

Prabowo Klaim Bakal Tepati Janji Kampanye dan Tak Risau Dikritik

Nasional
Pengacara Gus Muhdlor Sebut Akan Kembali Ajukan Gugatan Praperadilan Usai Mencabut

Pengacara Gus Muhdlor Sebut Akan Kembali Ajukan Gugatan Praperadilan Usai Mencabut

Nasional
Prabowo Akui Demokrasi Indonesia Melelahkan tetapi Diinginkan Rakyat

Prabowo Akui Demokrasi Indonesia Melelahkan tetapi Diinginkan Rakyat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com