Salin Artikel

Menyoal Indeks Kebahagiaan Orang Indonesia Setelah 72 Tahun Merdeka

Senyum bangga dan rasa percaya diri terpancar dari raut muka Presiden Jokowi. Presiden Jokowi juga telah menyampaikan Pidato Kenegaraan pada 16 Agustus di hadapan anggota MPR/DPR/DPD.

Ia menyampaikan capaian dan hasil pembangunan selama setahun ke belakang, dan rencana pembangunan beserta Rancangan APBN setahun ke depan. Semua itu dilakukan untuk dan atas nama pembangunan, agar rakyat lebih bahagia dalam menikmati proses dan hasil pembangunan.

Namun, apakah pembangunan selama 72 tahun telah memberikan kebahagiaan bagi rakyat, secara personal dan kolektif sebagai bangsa?

Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama beberapa tahun ini berkisar pada angka 5 persen. Angka ini termasuk tinggi untuk ukuran negara di Asia dan Pasifik. Namun, apakah pertumbuhan ekonomi itu merefleksikan pembangunan yang mampu membahagiakan rakyat?

Jika dilihat dari aspek ekonomi, Indeks Gini yang mengukur kesenjangan ekonomi Indonesia saat ini berkisar pada angka 0,40 (Sumber: Investment Indonesia). Artinya, ada kesenjangan ekonomi yang serius.

Menurut Bank Dunia (2015), 80 persen kekayaan ekonomi nasional dikuasai oleh 20 persen kelompok orang kaya.

Ekonom peraih Nobel Bidang Ekonomi Amartya Sen pernah berujar, bahwa kebahagiaan seseorang tidak hanya diukur secara material dengan angka-angka pertumbuhan ekonomi semata. Memakai kaca mata ekonomi untuk mengukur pembangunan, adalah sebuah kesalahan dan salah arah.

Menurut Sen, yang saat ini mengajar di Harvard University, kebahagiaan seseorang diukur dari sejauh mana ia memiliki kebebasan atas apa yang diinginkan (freedom from want). Ia mengenalkan konsep Capability Approach (Pendekatan Kapabilitas) dalam mengukur kebahagiaan seseorang.

Pada prinsipnya, Capability Approach melihat pada sejauh mana kemampuan seseorang dalam mencapai apa yang ia inginkan. Ia memakai beberapa indikator, di antaranya yaitu pendidikan, kesehatan, rasa aman, dan spiritualitas.

Semakin baik kesehatan dan tingkat pendidikan seseorang, dan leluasa dalam mempraktekkan laku spiritualnya (agama maupun keyakinan) dan merasa aman (secure), maka akan semakin baik tingkat kebahagiaan seseorang.

Terkait dengan ukuran kebahagiaan, survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2017 menunjukkan bahwa Indeks Kebahagian masyarakat Indonesia mencapai angka 70,69 dalam skala 0-100.

Pada 2014, Indeks Kebahagiaan masyarakat Indonesia adalah 68,28. Dengan demikian, ada peningkatan Indeks Kebahagian secara cukup signifikan dalam rentang waktu 2014-2017.

Indeks Kebahagian itu diukur dengan memakai tiga dimensi, yaitu kepuasan hidup, perasaan, dan makna hidup.

Berdasarkan survei itu, indeks kepuasan hidup mencapai skor tertinggi, yaitu 80,05. Sedangkan keterampilan dan pendidikan berada dalam skor terendah yaitu 59,57.

Indeks Kebahagian orang kota ternyata lebih tinggi dari orang desa, yaitu 71,64 berbanding 69,57. Laki-laki juga lebih bahagia daripada wanita, yaitu 71,12 berbanding 70,30.

Dari sisi usia, orang dengan usia di bawah 24 tahun mempunyai skor yang tertinggi dibandingkan kelompok usia yang lain, yaitu 71,13, dan usia 40-64 dengan skor 70,69.

Dari aspek wilayah, ternyata penduduk di Maluku Utara mempunyai skor Indeks Kebahagian yang tertinggi yaitu 75,68. Artinya, lebih tinggi dari rata-rata nasional yaitu 70,69 dan Jakarta yaitu 71,33. Indeks Kebahagiaan terrendah adalah Papua, yaitu 67,52.

Tingginya Indeks Kebahagiaan di Maluku Utara dan Maluku, karena ditopang oleh adanya hubungan sosial yang baik dan harmonis. Rasa kebersamaan dan toleransi yang tinggi di kedua wilayah itu telah berdampak pada perasaan bahagia penduduknya.

Dari kacamata Amartya Sen, masyarakat Maluku Utara dan Maluku secara kolektif merasakan dan menikmati rasa aman di lingkungannya, saling menjaga dan peduli satu dengan yang lain.
Sedangkan secara individual, Indeks Kebahagian orang Jakarta dari sisi kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan lebih baik. Namun, secara kolektif, lebih rendah.

Dari survei tersebut, secara umum menurut BPS, kebahagiaan orang Indonesia meningkat. Namun, ada catatan khusus bahwa indeks kebahagiaan dari sisi pendidikan dan keterampilan, sebagai salah satu ukuran kebahagiaan dan kemampuan seseorang mencapai apa yang diinginkan, masih sangat rendah yaitu 59,90.

Di samping itu, kesenjangan pendidikan dan keterampilan sangat tajam, misalnya antara Jakarta dan Papua.

Dengan demikian, dari survei BPS, masyarakat Indonesia lebih bahagia. Akan tetapi, indikator penting yaitu pendidikan dan keterampilan, masih harus ditingkatkan dan dilakukan pemerataan.

Hal ini agar orang Indonesia mampu memiliki daya saing secara personal dan wilayah, sehingga pada akhirnya memiliki kemampuan (capability) untuk mencapai apa yang kebahagiaan diinginkan (freedom from want).

Demikian pula dengan aspek keamanan dan kenyamanan secara kolektif, pemerintah harus memperbaikinya, dengan mendorong dan mempromosikan perilaku yang toleran, tepa salira, dan menghargai setiap perbedaan sebagai kekuatan dan kekayaan bangsa serta menghormati hak asasi manusia.

Dengan demikian, kebahagiaan sebagai salah satu ukuran keberhasilan pembangunan dan penikmatan hak asasi manusia, akan lebih tercapai dan dirasakan segenap lapisan masyarakat.

https://nasional.kompas.com/read/2017/08/22/20490811/menyoal-indeks-kebahagiaan-orang-indonesia-setelah-72-tahun-merdeka

Terkini Lainnya

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

Nasional
9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

Nasional
KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat 'Dirawat Sampai Sembuh'

KPK Sebut Dokter yang Tangani Gus Muhdlor Akui Salah Terbitkan Surat "Dirawat Sampai Sembuh"

Nasional
BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

BNPB: Tim Reaksi Cepat Lakukan Pendataan dan Monitoring Usai Gempa di Garut

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

BNPB: Gempa M 6,2 di Garut Rusak Tempat Ibadah, Sekolah, dan Faskes

Nasional
PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

PBNU Gelar Karpet Merah Sambut Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

KPK Nonaktifkan Dua Rutan Buntut Pecat 66 Pegawai yang Terlibat Pungli

Nasional
BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

BNPB: 4 Orang Luka-luka Akibat Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut

Nasional
Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Prahara di KPK: Usai Laporkan Albertina Ho, Nurul Ghufron Dilaporkan Novel Baswedan Cs Ke Dewas

Nasional
BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

BNPB: Gempa M 6,2 di Kabupaten Garut Rusak 27 Unit Rumah, 4 di Antaranya Rusak Berat

Nasional
Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke