Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ren Muhammad

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Senjakala Perenungan Manusia

Kompas.com - 26/07/2017, 19:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

"Hidup yang tiada direnungkan, tak laik dijalani," begitu pesan agung Socrates (469 SM - 399 SM) pada para sahabat dan muridnya saat ia masih hidup sebagai filosof di Athena, Yunani.

Ternyata kalimat yang begitu sederhana itu, juga berguna bagi umat manusia setelahnya, hingga kini.

"Bila ada enam milyar manusia menghuni planet ini, maka akan ada enam milyar jenis pikiran, kepribadian, dan watak yang berbeda. Karena kondisi psikologis, karakter, dan kepribadian tiap manusia berbeda-beda. Semua manusia itu unik."

Demikian yang ditulis psikolog berkebangsaan Amerika, Gordon Exner, saat membuka disertasinya yang terkenal pada 1952.

Tapi sebelum wafat, Gordon mengubah pernyataan itu dan mengakhirinya dengan kalimat berikut, "Pada kenyataannya, semua itu hanyalah enam miliar pengejawantahan berbeda dari (satu orang)."

Sejarah manusia menyebutnya Adam. Dari dalam dirinya lah (tulang sulbi) Tuhan mengeluarkan Hawa (keinginan) yang sebelumnya tersembunyi.  Sejatinya, Adam hanya sedang melihat dirinya belaka pada ibu Hawa, yang adalah perwujudan sisi feminin dari dalam dirinya.

Dari Adam pula kita berutang pengetahuan tentang jati diri. Sebelum kita mengada, ia telah menyimpan segala potensi manusia yang lahir kemudian.  "Dan Dia (Allah) mengajarkan kepada Adam namanama (bendabenda) seluruhnya..." (al-Baqarah [2]: 31-33).

Nama Adam, jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, berarti ciptaan (yang tercipta dari ketiadaan). Begitulah kodrat semua kita. Dicipta untuk mengada dan hanya untuk kembali tiada.

Pengetahuan yang kita miliki tak pernah melampaui khazanah ketiadaan itu. Seluas dan setinggi apa pun pengetahuan kita, hanya berkutat dan berujung pada kekosongan belaka. Sekadar menumbuhkan kesadaran ikhwal ketidaktahuan yang hakiki. Misterius. Sulit dimafhumi.

Uniknya, ketiadaan yang jadi kodrat kita ini, bisa dimaknai sebagai keberadaan. Eksistensi. Sebagai manusia, jangan sampai kita abai pada urusan kedirian masing-masing.

Sekolah Kehidupan harus menumbuhkam kesadaran terkait apa yang ada pada diri kita. Terlalu banyak kesia-siaan di jagat manusia. Terlampau berlimpah kata-kata tak berguna yang meluncur begitu saja. Tak lagi ada pikiran terbarukan.

Sulit mencari dan menengarai siapa di antara kita yang sanggup mengerti rahasia besar panggung sandiwara semesta ini. Padahal nun jauh di belakang sejarah, pernah ada masa ketika Sekolah Misteri berhasil mengajari para muridnya cara kembali menuju keasalian manusia.

Sejak Paulo Freire (1921-1997) mengenalkan filsafat pendidikan pada masyarakat modern, tampaknya perubahan tak terlalu kentara di dunia ketiga. Negara berkembang kerap jadi bulan-bulanan Amerika dan anteknya di Eropa.

Kolonialisme Abad ke-17 terus disalin rupa jadi liberalisme ekonomi. Kini kita mengenalnya dengan sebutan yang agak keren: pasar bebas! Di titik inilah petaka pendidikan manusia di dunia, bermuara.

Sekolah tak lagi berdaya guna bagi para siswanya. Universitas hanya sekadar kamuflase menjaring kelas pekerja. Mahasiswa berpredikat summa cum laude dari fakultas eksak sekali pun, kadang bernasib lebih tragis tinimbang rekan seangkatannya yang indeks prestasinya di bawah angka dua.

Sebagian mahasiswa cerdas ini mati bunuh diri, frustrasi dengan dirinya yang jadi anomali di masyarakat. Bahkan sudah jadi pemahaman umum, jika seorang sarjana tak tahu cara menerapkan ilmunya dalam kehidupan. Mereka kehilangan arah sedari dalam diri sendiri.

Mencari makna hidup

Manusia terlahir ke dunia dengan membawa rasa ingin tahu dalam dirinya. Ketika masih kecil, rasa penasaran kerap kali menggelayuti benak kita, kapan dan di mana saja.

Segala apa kita tanya, termasuk siapakah Tuhan dan di mana Dia berada.

Kita sungguh benar ingin mengerti dalam keterbatasan. Nyaris tak satu pun yang melintas dalam pikiran, kita biarkan berlalu tanpa didahului pertanyaan dan tentu jawaban.

Sayangnya, kecenderungan ini segera memudar ketika kita mengaku telah dewasa. Kita merasa sudah banyak tahu, padahal tidak jelas duduk perkara dan akar pengetahuannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kritisi Program Merdeka Belajar, Dompet Dhuafa Gelar Hardiknas Eduaction Forum 2024

Kritisi Program Merdeka Belajar, Dompet Dhuafa Gelar Hardiknas Eduaction Forum 2024

Nasional
Prabowo Terima KSAL dan KSAU, Bahas Postur Pembangunan Angkatan

Prabowo Terima KSAL dan KSAU, Bahas Postur Pembangunan Angkatan

Nasional
PKB, Nasdem, dan PKS Ingin Gabung Koalisi Prabowo, AHY: Enggak Masalah

PKB, Nasdem, dan PKS Ingin Gabung Koalisi Prabowo, AHY: Enggak Masalah

Nasional
Dipilih 75 Persen Warga Aceh, Anies: Terima Kasih, Para Pemberani

Dipilih 75 Persen Warga Aceh, Anies: Terima Kasih, Para Pemberani

Nasional
Membangun Ekosistem Pertahanan Negara

Membangun Ekosistem Pertahanan Negara

Nasional
Sidang Sengketa Pileg, Hakim MK Heran Tanda Tangan Surya Paloh Berbeda

Sidang Sengketa Pileg, Hakim MK Heran Tanda Tangan Surya Paloh Berbeda

Nasional
Menpan-RB Anas: Seleksi CPNS Sekolah Kedinasan Mulai Mei, CASN Digelar Juni

Menpan-RB Anas: Seleksi CPNS Sekolah Kedinasan Mulai Mei, CASN Digelar Juni

Nasional
Shalat Jumat di Masjid Baiturrahman Aceh, Anies Diteriaki 'Presiden 2029'

Shalat Jumat di Masjid Baiturrahman Aceh, Anies Diteriaki "Presiden 2029"

Nasional
Polri Siapkan Posko Pemantauan dan Pengamanan Jalur untuk World Water Forum di Bali

Polri Siapkan Posko Pemantauan dan Pengamanan Jalur untuk World Water Forum di Bali

Nasional
Menkumham Bahas Masalah Kesehatan Napi dengan Presiden WAML

Menkumham Bahas Masalah Kesehatan Napi dengan Presiden WAML

Nasional
Sidang Sengketa Pileg, PAN Minta PSU di 7 TPS Minahasa

Sidang Sengketa Pileg, PAN Minta PSU di 7 TPS Minahasa

Nasional
AHY Ungkap Koalisi Prabowo Sudah Bahas Pembagian Jatah Menteri

AHY Ungkap Koalisi Prabowo Sudah Bahas Pembagian Jatah Menteri

Nasional
Jokowi Minta Relokasi Ribuan Pengungsi Terdampak Erupsi Gunung Ruang Dipercepat

Jokowi Minta Relokasi Ribuan Pengungsi Terdampak Erupsi Gunung Ruang Dipercepat

Nasional
Caleg Tidak Siap Ikuti Sidang Daring, Hakim MK: Suara Putus-putus, Jadi Lapar...

Caleg Tidak Siap Ikuti Sidang Daring, Hakim MK: Suara Putus-putus, Jadi Lapar...

Nasional
Anies-Muhaimin Kunjungi Aceh Usai Pilpres, Ingin Ucapkan Terima Kasih ke Warga

Anies-Muhaimin Kunjungi Aceh Usai Pilpres, Ingin Ucapkan Terima Kasih ke Warga

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com