Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ren Muhammad

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Senjakala Perenungan Manusia

Kompas.com - 26/07/2017, 19:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

 

Cara kita menganggit pengetahuan hari ini, berbeda jauh dengan para pendahulu.  Hidup yang serba mudah, membuat kita sulit memahami bahwa segala sesuatu ada maksud dan tujuannya. Anak-anak manusia yang lahir, jelas membutuhkan bekal ilmu bagi hidup mereka.

Tak semua kita bakal jadi pemimpin. Tak semua kita harus jadi insinyur. Tak semua. Hidup yang pusparagam begini, tak bisa didekati dengan pola dan pendekatan seragam.

Sekolah, harusnya menggunakan pemahaman begini dalam proses belajar-mengajarnya agar menghasilkan manusia pembelajar. Kita hanya perlu menjadi diri sendiri. Utuh menyeluruh.

Alexander Graham Bell, sang penemu ulung itu, dibesarkan pada era ketika universitas lebih banyak melahirkan sarjana tinimbang ilmuwan, apalagi begawan.

Sementara kita, hidup dalam zaman manakala sekolah dan perguruan tinggi lebih senang melahirkan golongan buruh.

Sudah hampir setengah abad kondisi ini berlangsung sejak perseteruan sengit mazhab Wina dan Frankfurt, namun kita tak jua sadar betapa sekolah hari ini di banyak negara hanya dijadikan penopang industri.

Abad materialisme sungguh benar menggerus kemanusiaan kita. Dalam banyak sendi kehidupan, kita melulu terjebak pada formalitas belaka. Tak pernah menjeluk ke ranah makna.

Sejatinya, pendidikan adalah harapan. Adalah perjuangan. Perlawanan, pada ketidaktahuan kita akan kondisi nyata kehidupan.

Jika kita tahu apa yang sejatinya diketahui, maka hasilnya adalah pengetahuan. Belajar itu menembus batas. Bahkan tak berhenti sampai liang lahat.

Semua kita tumbuh secara usia, kejiwaan, logika berpikir, keyakinan, dan spiritualitas. Pertumbuhan usia, kejiwaan, dan logika berpikir, akan memunculkan watak manusia yang sangat khas. Sulit didedah. Bahkan dengan metodologi penelitian paling rigid sekali pun.

Kita bisa mengerti segala tingkah laku orang per orang hanya dengan mengamati mereka. Namun, jelas itu menghabiskan waktu dan usia.

Semakin kita mengamati, kian nyata terlihat betapa tidak masuk akal pengamatan tersebut. Sementara saat bersamaan, kita tak jua paham dengan diri sendiri.

Saya pernah diajak diskusi oleh seorang kawan asal Jerman. Ia mengakui dirinya agnostik sejak lahir. Pun dengan orangtua dan keluarga besarnya.

Ia tak sepenuhnya menyatakan bahwa Tuhan dan agama hanya omong kosong belaka. Sebaliknya, ia meyakini bahwa pengetahuan yang dimilikinya terkait hal itu, jauh dari memadai.

Buah dari pohon keyakinannya membawa ia pada pencarian sejati tentang kebenaran dan jalan lurus yang sebelumnya telah ditempuh para Nabi dan Rasul Tuhan. Ranah inilah yang disebut spiritualitas.

Andai sebagian besar umat beragama mau bertungkus lumus dalam soal ini, klaim tunggal pemegang kebenaran takkan pernah jadi prahara.

Suatu hari, Lao Tze (600-531 SM) pernah berkata, "Kebaikan dalam perkataan menciptakan keyakinan. Kebaikan dalam pikiran membuahkan kedalaman. Kebaikan dalam memberi menciptakan kasih sayang."

Setiap manusia pasti melewati masa peralihan pada tingkat keyakinan. Percaya atau tidak pada Zat yang adikodrati, keyakinannya itu bakal menghunjam di kedalaman hidup kita, dan mencuatkan rasa kasih sayang.

Di puncak pencapaian spiritual itulah, kita akan mengerti untuk apa semua ini diadakan Tuhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com