Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Wilayah Udara dalam Aspek Pertahanan Negara

Kompas.com - 13/07/2017, 08:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAna Shofiana Syatiri


 
Sementara itu, pada sidang sub komisi hukum UNCOPUOS (United Nations Committe on Peaceful Uses of Outer Space) tahun 2016 yang berlangsung di Wiena, Austria, mayoritas negara anggota, termasuk Republik Indonesia, telah mengajukan usul, bahwa kedaulatan negara di udara dapat dibatasi hingga atau sampai ketinggian 110 km atau lebih kurang 360.000 kaki (feet).   

Ketinggian ini sudah sejak lama mencoba untuk mengacu kepada kemampuan mencapai maksimum ketinggian dari teknologi pesawat terbang yang menggunakan mesin pendorong.
 
Arti penting wilayah udara kedaulatan

Menurut Prof. DR. Priyatna Abdurrasyid wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari satu pertiga daratan, dua pertiga perairan dan tiga pertiga adalah udara. Dengan komposisi seperti ini, maka perhatian kepada wilayah udara sebagai sebuah wilayah kedaulatan negara sudah sewajarnya patut memperoleh prioritas yang proporsional.  

Pada sisi lain, wilayah udara kedaulatan sebuah negara, dalam tinjauan "national security" dan juga sekaligus dalam konteks ekonomi atau "national prosperity" terlihat jelas dalam perjalanan sejarah dunia.  

Serangan fatal oleh armada udara Jepang terhadap kedudukan basis militer Amerika Serikat di Pearl Harbor adalah terjadi sebagai akibat terabaikannya oleh pihak militer Amerika Serikat dalam menjaga keamanan negara diwilayah udara kedaulatannya yang dengan mudah di tembus oleh Jepang.  

Dalam buku "The Future of War", serangan tersebut dikatakan sebagai "The origin of American Military Failure".   

Demikian pula dengan apa yang terjadi dengan pemboman Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat yang kemudian menghentikan perang dunia kedua, adalah sebagai akibat dari ketidakmampuan Jepang menjaga dengan baik wilayah udara kedaulatan negerinya. 

Walau bukan datang dari luar negaranya sendiri, kelalaian dalam menjaga keamanan wilayah udara kedaulatan Amerika Serikat, peristiwa 911 yang memakan demikian banyak korban nyawa telah menjadi  "mile-stone" dari sebuah pemikiran dari betapa pentingnya wilayah udara kedaulatan sebuah negara harus senantiasa terjaga keamanannya.

Contoh paling mutakhir dari betapa penting arti dari wilayah udara kedaulatan sebuah negara adalah saat baru-baru ini Kerajaan Arab Saudi melarang semua pesawat-pesawat terbang Qatar untuk melewati wilayah udara Arab Saudi.

Qatar Air serta merta menghadapi ancaman kebangkrutan yang tiba-tiba, sebagai akibat menjadi tidak memiliki lagi kemampuan untuk menyelenggarakan penerbangan sipil komersial yang dapat bersaing dengan maskapai penerbangan lainnya.    

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Nasional
Kabaharkam Siapkan Strategi Pengamanan Khusus di Akses Masuk Pelabuhan Jelang WWF ke-10 di Bali

Kabaharkam Siapkan Strategi Pengamanan Khusus di Akses Masuk Pelabuhan Jelang WWF ke-10 di Bali

Nasional
Ketua KPU Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada, Pakar: Jangan-jangan Pesanan...

Ketua KPU Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada, Pakar: Jangan-jangan Pesanan...

Nasional
Sebut Caleg Terpilih Tak Wajib Mundur jika Maju Pilkada, Ketua KPU Dinilai Ingkari Aturan Sendiri

Sebut Caleg Terpilih Tak Wajib Mundur jika Maju Pilkada, Ketua KPU Dinilai Ingkari Aturan Sendiri

Nasional
Minta La Nyalla Kembali Pimpin DPD RI, Fahira Idris: Penguatan DPD RI Idealnya Dipimpin Sosok Pendobrak

Minta La Nyalla Kembali Pimpin DPD RI, Fahira Idris: Penguatan DPD RI Idealnya Dipimpin Sosok Pendobrak

Nasional
Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

Nasional
Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Nasional
Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Nasional
“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com