Untuk itulah, sebagai praktisi-akademisi-aktivis public relations (secara personal diamanati Sekretaris Perhumas Bandung), maka penulis merekomendasikan agar Humas Polri ke depan lebih percaya diri pada konten sendiri (khususnya berbentuk video dan infografis).
Hal itu secara kualitas dan kuantitas terbukti lebih baik responsnya dari unggahan berbasis karya orang luar --yang belum tentu paham dengan pola komunikasi publik yang sudah terbangun selama ini.
Secara numerik, efek dari polemik video Anto Galon pun sudah menurunkan jumlah fans page member mulai 27 Juni 2017.
Selanjutnya, teliti, cermat, dan peka pada kebutuhan dan prilaku komunikan, terutama warganet atau citizen.
Dengan agenda setting hampir sama, namun penerapan berbeda, faktanya tema dan subtema terkait media sosial per 10 Juni 2017 peroleh respons tertinggi dan jauh lebih baik dibandingkan tema dan subtema Police Movie Festival 2017.
Dan terakhir, buatlah admin fans page lebih sering interaktif, sering menjawab, sekaligus bertanya atau menyapa kepada komunikan di fans page. Perlu pula memberikan sejumlah sweetener untuk kampanye aktivitas semacam kontes foto Boomerang, lomba wefie, dan lainnya.
Tidak semua respons selama ini memang baik, itu tak bisa dielakkan. Namun, dengan tak lelah merangkul dan mengayomi, public relations bisa efektif mengikis kesenjangan komunikasi.