Dua negara besar itu kata Amien, bubar karena mayoritas orang Russia di Uni Soviet dan Yugoslavia memaksakan kehendaknya diatas puluhan kelompok etnik lain.
"Moral dan politik yang dapat kita ambil adalah mayoritas di negara manapun tidak boleh mentang-mentang menindas minoritas. Akibatnya kehancuran," katanya.
"Demikian juga kalau ada minoritas yang berlagak mentang-mentang terhadap mayoritas. Kehancuran akan datang lebih cepat," lanjutnya.
Ketujuh, Amien mewanti-wanti Jokowi agar tidak pernah berpikir menjadikan Indonesia menjadi economic backyard atau halaman belakang ekonomi RRC, tempat buang sampah.
"Hindari berpikir RRC sentris dalam membangun ekonomi. Berkaitan dengan hal ini, proyek reklamasi Jakarta Utara yang akan menjadi landasan usaha lebensraum RRC, sebaiknya segera dihentikan," kata Amien.
(Baca: Panglima TNI Tersinggung Aksi Umat Islam Dikaitkan Upaya Kudeta)
Kedelapan, Amien mengkritik Jokowi, agar rezimnya tidak mudah menciduk orang-orang tertentu yang dalam pandangannya berbahaya, dengan tuduhan makar.
"Kekuasaan yang mulai panik dan lepas dari nilai-nilai moral, biasanya agak serampangan menuduh orang-orang tertentu sebagai pelaku makar atau lebih gawat lagi, sebagai teroris," katanya.
"Kalau memang gerak-gerik mereka mencurigakan mengarah pada makar atau terorisme, setelah ditahan sesegera mungkin dilimpahkan ke Kejaksaan. Biarlah hukum yang berbicara, itupun harus bersifat terbuka, supaya proses hukum berjalan transparan dan adil. Jika memang harus bebas, bebaskan," tambahnya.
Terakhir, Amien mengingatkan Jokowi, agar jangan pernah menganggap enteng kedaulatan rakyat. Menurutnya, kata "gebuk" harusnya tidak boleh lagi keluar dari lisan seorang Presiden.
Terlebih, Jokowi memerintahkan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian bebas "menggebuk" kelompok-kelompok yang anti-konstitusi, anti-NKRI, ataupun yang memecah belah rakyat.
"Wah, amat mengagetkan. Dulu ada Presiden yang suka mengancam akan menggebuk rakyat yang berani menantang kebijakannya. Akhirnya sang Presiden itu tergebuk oleh people power," tutup Amien.
(Baca: Jokowi: Ormas Anti-Pancasila dan Komunis, Kita Gebuk, Kita Tendang)
Diketahui, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, acara "Refleksi 19 Tahun Reformasi-Menggembirakan Demokrasi Tribute to Amien Rais" itu digelar sebagai wujud penghormatan jasa-jasa perjuangan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah tersebut.
"Reformasi datang. Mesin reformasi digerakan oleh anak muda yakni mahasiswa dan beberapa tokoh utama yang menjadi lokomotif reformasi," kata Dahnil.
Menurut Dahnil, nama yang paling populer yang menjadi lokomotif reformasi saat itu adalah Amien Rais. Amien dinilainya sebagai sang lokomotif pembawa kegembiraan demokrasi Indonesia, ketika itu Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) menjadi musuh utama.
"Pesan reformasi datang membawa perlawanan dan pembebasan terhadap musuh utama reformasi, yakni KKN. Bukan sekedar menjatuhkan dan mengganti rezim," kata Dahnil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.